Friday, 29 October 2021

Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua Barat

Papua Barat (disingkat Pabar) yakni suatu provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua. Ibu kotanya yakni Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya ialah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang mendapatkan status otonomi khusus. Provinsi Papua Barat, meski telah menjadi provinsi tersendiri, tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya.

Sejarah Papua Barat yang secara biasa masuk dalam tempat Papua atau yang dahulu dikenal dengan nama Irian Jaya sebelum kemerdekaan Indonesia kurang dibahas dalam buku-buku sejarah nasional untuk sekolah dasar hingga menengah, sehingga banyak yang tidak mengetahuinya.

Pada periode kerajaan di wilayah Nusantara, Pemerintah Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mengirimkan burung-burung asli Papua yang waktu itu disebut Janggi terhadap Pemerintah Kerajaan China.

Dari beberapa nama kala kemudian yang diberikan untuk Papua ini, terlihat terang bahwa semenjak tempat ini di kenal sejarah, telah ada kekerabatan yang amat dekat antara wilayah ini dengan daerah-daerah lain di Nusantara ketika itu.

Nama lain dari Papua pada kala lalu yaitu “Samudranta“, yang menunjukkan bahwa kawasan Papua telah di kenal oleh masyarakat pemakai bahasa Sansekerta yang bermukim di daerah kepulauan Indonesia, baik dalam pemahaman geo-politik maupun sosial ekonomi.

Syiar Islam di negeri Mutiara Hitam mulanya tersebar di wilayah Papua Barat. Masyarakat di sana meyakini, Islam lebih dulu tersebar dibandingkan agama lain. Hal ini menurut berita dari pendahulu mereka dan juga bukti sejarah yang men- jadi peninggalan berharga.

Bukti penyebaran Islam di tanah Papua yaitu berdirinya masjid bersejarah. Terdapat tiga masjid bersejarah di sana.

Daftar isi:

  1. Kota Tua Pulau Doom
  2. Masjid Abubakar Sidik
  3. Masjid Hidayatullah Saonek
  4. Masjid Tua Patimburak (Masjid Al-Yasin)
  5. Pulau Mansinam
  6. Situs Purbakala Kokas/Tapurarang
  7. Teluk Doreri


1. Kota Tua Pulau Doom

 adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua Barat

Pulau Dum atau Doom adalah salah satu pulau erat Sorong, Papua Barat. Dalam bahasa masyarakatsetempat, Suku Malamooi, "dum" memiliki arti pulau yang ditumbuhi oleh banyak pohon buah. Pulau ini mempunyai riwayat perjalanan sejarah yang panjang dalam peradaban insan terbaru semenjak usang dan telah masuk dalam peta Kolonial Belanda pada kala ke-19. Pulau ini tergolong sebagai wisata sejarah di daerah Papua dan mempunyai daya tarik alam yang sungguh indah.

Jejak peninggalan sejarah dari Kolonial Belanda dan Tentara Jepang pun masih bisa kita lihat di Pulau Doom ini. Pulau Doom di Papua Barat menjadi titik masuk penjajah Belanda sebelum menguasai Papua. Bangunan hingga tata kotanya pun tampaksarat nuansa Negeri Kincir Angin. Namun sayang, jejak kolonial itu mulai perlahan hilang.

Pulau Doom disebut juga selaku Pulau Mutiara, Pulau Dum, atau Pulau Bintang. Pulau Doom disebut selaku Kota Tua yang ada di Sorong, Papua Barat, alasannya di sinilah Belanda pertama kali mendirikan pusat pemerintahan dan membangun kantor-kantor.

Secara administratif, Pulau Doom merupakan bagian dari Kota Sorong, Kecamatan atau Distrik Sorong Kepulauan. Hanya memerlukan 15 menit perjalanan dengan bahtera nelayan untuk mencapainya dari pelabuhan Sorong. Pulaunya sendiri terlihat dari pelabuhan, alasannya adalah jaraknya tiga kilometer saja.

2. Masjid Abubakar Sidik

Masjid Abubakar Sidik terletak di Kampung Rumbati, Distrik Furwagi, Fakfak, Papua Barat. Masjid ini berdiri pada 1524. Memiliki luas tanah 900 meter persegi dan luas bangunan 400 meter persegi. Lebih dari 2.000 jamaah bisa ditampung di masjid ini.

Masjid  ini masih mempunyai versi yang sederhana. Warna biru muda dan putih menghiasi bangunan tersebut. Terdapat dua tingkat dengan beratap seng. Bangunan di tingkat kedua cuma menutupi setengah bangunan. Luasnya lebih kecil daripada bangunan di bawahnya. Masjid ini terletak di pinggir pantai dengan fondasi watu yang tinggi.

3. Masjid Hidayatullah Saonek

 adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua Barat

Masjid HIDAYATULLAH SAONEK terletak di Jl. Hi. Rafana. Kampung saonek, distrik Waigeo Selatan kab.raja ampat, Papua Barat. Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang sekarang diabadikan selaku nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bareng istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya.

Memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan meraih 1.512 meter persegi. Masjid ini mampu menampung 200 jamaah.

Ciri khas masjid ini yakni terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini mempunyai satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau.

4. Masjid Tua Patimburak (Masjid Al-Yasin)

 adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua Barat

Masjid Tua Patimburak yakni suatu masjid amis tanah bersejarah yang terletak di Distrik Kokas, Fakfak, Papua Barat. Masjid ini ialah salah satu peninggalan sejarah Islam di Papua dan menjadi salah satu pusat agama Islam di Kabupaten Fakfak. Beberapa literatur sejarah Papua menyebutkan bahwa di daerah inilah permulaan pertama peradaban Papua dimulai dengan masuknya Islam di Fakfak dengan dibangunnya masjid ini. Manuskrip-manuskrip kuno di Jazirah Onin (Ptimunin - Fakfak) menyebutkan bahwa agama Islam masuk di Fakfak pada tahun 1606 melalui proses penyebarluasan kekuasaan Sultan Bacan dari Tidore, hingga pengaruhnya tersebut maka tokoh-tokoh penduduk di Fakfak pribadi memeluk agama Islam. Meskipun sewaktu itu kondisi penduduk pedalaman masih menganut keyakinan animisme, namun khususnya rakyat pesisir Fakfak sudah menganut agama Islam.

Menurut catatan sejarah, masjid ini sudah bangkit lebih dari 100 tahun yang kemudian, bahkan merupakan masjid tertua di Kabupaten Fakfak. Bangunan yang masih berdiri berpengaruh dan berfungsi sampai di saat ini dibangun pada tahun 1870, seorang imam berjulukan Abuhari Kilian.

Pada kurun penjajahan, masjid ini bahkan pernah diterjang bom serdadu Jepang. Hingga kini, peristiwa tersebut menyisihkan lubang bekas peluru di pilar masjid.

Menurut Musa Heremba, imam Masjid Tua Patimburak, penyebaran Islam di Kokas tak lepas dari pengaruh Kekuasaan Sultan Tidore di daerah Papua. Pada masa XV, Kesultanan Tidore mulai mengenal Islam. Sultan Ciliaci yakni sultan pertama yang memeluk agama Islam. Sejak itulah sedikit demi sedikit agama Islam mulai berkembang di tempat kekuasaan Kesultanan Tidore tergolong Kokas.

Masjid Tua Patimburak bisa dicapai dengan menempuh perjalanan darat dari Fakfak ke Kokas selama kurang lebih 2 jam. Tersedia transportasi luar kota dari terminal kota Fakfak. Tiba di kota Kokas, perjalanan menuju Kampung Patimburak harus dilanjutkan memakai longboat sewaan selama 1 jam. Jika menggunakan long boat, pengunjung yang ingin menuju masjid mampu menikmati keindahan pulau-pulau karang yang masih perawan di sepanjang perjalanan.

Menurut catatan sejarah, masjid ini merupakan masjid tertua di Fakfak. Selama keberadaannya, masjid ini pernah berulang kali direnovasi. Namun, bentuk aslinya tetap dipertahankan, mirip empat pilar penyangga yang terdapat di dalam masjid dan lubang bekas peluru tentara Jepang.

5. Pulau Mansinam

 adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua Barat

Mansinam yakni pulau pariwisata religi umat Kristen Protestan. Pulau ini merupakan serpihan dari kawasan Papua Barat. Letaknya sekitar 6 Kilometer dari Manokwari. Untuk meraih pulau ini hanya membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit menggunakan kapal mesin.

Setiap tahun pada tanggal 5 Februari, ribuan orang dari penjuru Papua tiba ke tempat ini untuk mengadakan peringatan memperingati kedatangan Ottow dan Geissler. Dua orang berkebangsaan Jerman ini tiba di Pulau Mansinam dengan menjinjing misi penyebaran injil. Namun saat itu, suku yang mendiami Pulau Mansinam bersikap tertutup terhadap orang abnormal yang tiba. Ottow dan Gaissler tidak mengalah. Mereka terus berjuang untuk berbagi agama Kristen kepada Suku Numfor, yakni suku yang ketika itu mendiami Pulau Mansinam.

Suatu ketika, Gaissler sakit hingga membuatnya mesti meninggalkan Pulau Mansinam Gaissler menentukan ke Ternate untuk memulihkan keadaannya. Sementara, Ottow tetap tinggal di Pulau Mansinam.

Pada tanggal 12 Januari 1856, Gaissler kembali ke Tanah Papua, ke Pulau Mansinam. Mereka berdua bahu membahu untuk meneruskan misi memajukan Agama Kristen. Gaissler yang mempunyai kemampuan sebagai tukang kayu mengajarkan Suku Numfor cara membuat rumah. Sedangkan Ottow mempunyai kemampuan menenun yang anggun. Kemampuan menenunnya beliau sebarkan di Mansinam hingga Suku Numfor mengenal pakaian kemudian mulai meninggalkan cawat maupun koteka. Keterampilan yang diajarkan Ottow dan Gaissler pun menyebar ke Biak, Nabire, Wasior, dan tempat Papua yang lain.

Tidak cuma itu, mereka juga mempelajari bahasa setempat suku lokal kemudian menerjemahkan doa-doa ke dalam bahasa lokal tersebut. Dua rasul bagi Papua ini juga mengajarkan Suku Numfor di Pulau Mansinam membaca dan menulis. Awalnya suku numfor sungguh sukar untuk sekadar memegang pensil. Namun, kegigihan suku numfor yang didampingi dengan kesabaran Ottow dan Geissler untuk mampu keluar dari kegelapan menciptakan mereka mampu membaca dan menulis. Kemudian untuk membuat lebih mudah sosialisasi anutan Nasrani, Ottow dan Geissler melaksanakan penerjemahan injil ke dalam bahasa Melayu. Hal ini pun kesannya menyebar ke kawasan Papua lainnya. Inilah yang menjadi cikal bakal penduduk Papua lainnya mengenal ilmu pengetahuan.

Sekitar beberapa kilometer sebelum berlabuh di Pulau Mansinam, bisa tampaksemacam tugu berupa salib. Itu lah suatu prasasti yang diperuntukan bagi jasa Ottow dan Geissler. Pada bab bawah prasasti tertulis, Soli deo Gloria De Eerste Zendelingen van Nederlandsch Nieuw Guinee C.W. Ottow En J.G. Geissler Zyn Hier Geland op 5-2-1855 (zending pertama untuk Papua Ottow-Geissler datang di sini 5 Februari 1855).

6. Situs Purbakala Kokas/Tapurarang

 adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Papua Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua Barat

Situs Purbakala Kokas yaitu situs purbakala yang terletak di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak Papua Barat. Di daerah ini ditemukan aneka macam cap tangan berwarna merah yang terlukis pada dinding-dinding kerikil di tebing dan gua yang terletak di pinggir maritim. Objek wisata arkeologi ini dimengerti sebagai situs purbakala Kokas atau oleh masyarakat lokal umumdisebut dengan nama Tapurarang. Karena warna merah pada lukisan cap tangan di tebing tersebut mirip warna darah insan, penduduk lokal juga sering menyebut Tapurarang selaku lukisan cap tangan darah.

Cap-cap tangan yang didapatkan di Kokas mempunyai kemiripan dengan beberapa lukisan dinding seperti yang terdapat di Sangkulirang (Kutai Timur, Kalimantan Timur) atau di Gua Leangleang (Maros, Sulawesi Selatan). Di Distrik Kokas, Tapurarang yang merupakan kekayaan peninggalan zaman pra sejarah ini bisa ditemui di beberapa kawasan antara lain di Andamata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras.

Situs Tapurarang merupakan Tempat Wisata berupa objek lukisan berbentuktelapak tangan, mata, telapak kaki, lumba lumba, cicak, tumbuhan, daun, tampang insan, hingga bumerang. Lukisannya terlihat lazimsaja, namun cukup menggambarkan insan dan kesehariannya. Tekhnik lukisannya pun unik. Objek objek tersebut dibentuk seperti disembur. Tintanya berwarna merah dan kuning.

7. Teluk Doreri

Teluk Doreri dikenal karena indahnya biota-biota laut yang hidup, objek wisata di Papua Barat ini juga menjadi tujuan diving sebab terdapat titik selam untuk memperhatikan lebih dekat sisa-sisa dari kapal Perang Dunia Kedua yang karam di daerah ini.

Teluk Doreri berisikan bangkai kapal, merupakan salah satu situs terbaik untuk jenis bangkai kapal di Indonesia. Pada Teluk Doreri Terdapat 3 pulau kecil ialah Pulau Mansinam, Pulau Lemon, dan Pulau Raimuti di dekat Pantai Arfai, yang masih mempunyai koleksi terumbu karang unik dan indah.