Friday, 29 October 2021

Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Maluku Utara (disingkat Malut) merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, lewat UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi suatu provinsi, Maluku Utara merupakan cuilan dari Provinsi Maluku, merupakan Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.

Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribu kota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya hingga dengan 4 Agustus 2010, sesudah 11 tahun kurun transisi dan antisipasi infrastruktur, ibu kota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke kelurahan Sofifi, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.

Daerah ini pada mulanya yaitu bekas wilayah empat kerajaan Islam paling besar di kepingan timur Nusantara yang diketahui dengan istilah Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku), sultan Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja–raja Maluku lainnya untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini lalu dimengerti selaku Persekutan Moti atau Motir Verbond.

Portugis merupakan bangsa eropa pertama yang datang ke Kepulauan Maluku yakni di banda pada tahun 1511, dan hingga di Ternate pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah tahun 1512 dibawah pimpinan Francisco Serrão. Mereka membangun suatu benteng di Ternate pada tahun 1522 dan selesai pada tahun 1523. Benteng ini ialah benteng kolonial pertama di Kepulauan Maluku yang diberi nama São João Batista (Benteng Kastela).

Spanyol tiba di Tidore pada tanggal 6 November 1521 dipimpin oleh Juan Sebastián Elcano dengan kapal Trinidad dan Victoria. Kedatangan Spanyol disambut oleh Sultan Tidore pada saat itu Sultan Al-Mansur.

Kekaisaran Jepang menginvasi Maluku pada permulaan tahun 1942 selaku bab dari Kampanye Perang Dunia II Hindia-Belanda, mengusir Belanda dari daerah tersebut. Halmahera menjadi situs pangkalan angkatan bahari Jepang di Teluk Kao. 2 tahun kemudian, pasukan AS dan sekutu mereka melancarkan Pertempuran Morotai pada tahun 1944.

Daftar isi:

  1. Air Kaca
  2. Benteng De Verwacthing
  3. Benteng Kalamata
  4. Benteng Kastela
  5. Benteng Kota Janji
  6. Benteng Oranye
  7. Benteng Tahula
  8. Benteng Tolukko
  9. Benteng Tore
  10. Kedaton Sultan Bacan
  11. Kedaton Sultan Ternate
  12. Landasan Pitu
  13. Makam Sultan Babullah
  14. Masjid Sultan Bacan
  15. Masjid Sultan Ternate
  16. Masjid Wapeue
  17. Museum Perang Dunia II
  18. Monumen Teuro Nakamura


1. Air Kaca

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Air Kaca merupakan suatu daerah wisata alam dan bersejarah yang berada di Pulau Morotai, Maluku Utara. Lokasinya berada di desa Wamama, Morotai Selatan. Sekitar 1 km dari bandara Pitu dan hanya sekitar 10 menit dari pusat kota Daruba mengunakan motor atau mobil.

Air Kaca ini merupakan suatu sungai yang terdapat di dalam sebuah gua atau bisa dikatakan sungai bawah tanah yang airnya muncul ke permukaan. Sungai ini mengalir ke pantai Transmerter yang lokasinya tak jauh dari Air Kaca, berjarak kira-kira 100 meter. 

Meski tak jauh dari maritim, air di tempat ini ialah air tawar. Karena kejernihannya, warga sekitar menamakan tempat ini selaku Air Kaca. Airnya sendiri memang sangat jernih sehingga tampakbiru karena warna dari dasar sungai (gua). 

Dulu Air Kaca yakni kawasan mandi dan beristirahat bagi General Douglas McArthur, seorang jenderal dari ihwal sekutu Amerika Serikat ketika Perang Dunia II. Di masa tersebut, tempat ini pernah tak terjamah oleh warga setempat, maklum saja di saat itu Air Kaca sering digunakan oleh sang jenderal dan para perwira Sekutu untuk membersihkan diri.  

Kejernihan Air Kaca tak cuma digunakan untuk berseka. Air Kaca juga menjadi sumber air minum bagi serdadu Sekutu yang berdiam di Pulau Morotai.


2. Benteng De Verwacthing
 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Benteng De Verwachting
Benteng De Verwachting ialah sebuah benteng peninggalan Belanda yang terletak di sentra Kota Sanana Kabupaten Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara.Benteng ini dibangun  di kepulauan Sula pada tahun 1623 dengan nama Het Klaverblad. Dalam catatan lain bertanggal 24 Desember 1736 disebutkan bahwa pada era pemerintahan Iskandar Zoelkarnaen Benteng Het Klaverblad diperbaharui dan kemudian diberi nama De Verwachting.


3. Benteng Kalamata
 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Benteng Kalamata
Benteng Kalamata yaitu benteng yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1540. Benteng Kalamata disebut juga Benteng Kayu Merah. Disebut Benteng Kayu Merah alasannya ialah berada kelurahan Kayu Merah, Kota Ternate Selatan. Awalnya benteng ini bernama Santa Lucia, namun kemudian populer dengan Benteng Kalamata. Kalamata sendiri berasal dari nama Pengeran Kalamata, yakni adik dari Sultan Ternate Madarsyah.

Benteng Kalamata pertama kali dibangun oleh Portugis (Fransisco Serao) pada tahun 1540 untuk menghadapi serangan Spanyol dari Rum, Tidore. Kemudian, benteng ini dipugar oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Both, pada tahun 1609. Benteng Kalamata diduduki oleh Spanyol pada tahun 1625 sesudah dikosongkan Geen Huigen Schapen (Portugis). Setelah ditinggal Spanyol, benteng ini diduduki oleh Belanda. Kemudian benteng ini diperbaiki oleh Mayor Lutzow pada tahun 1799. Benteng Kalamata dipugar oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1994 dan didirikan purna pugarnya pada tahun 1997. Pada tahun 2005, pemkot Ternate merenovasi benteng ini dengan menambahkan halaman dan rumah untuk penjaga benteng.

Benteng Kalamata didesain menyerupai empat penjuru mata angin yang mempunyai empat bastion berujung runcing dan mempunyai lubang bidik. Benteng Kalamata berada di garis pantai dan penggalan belakang benteng tampakpulau Tidore dan Maitara. [Wikipedia]


4. Benteng Kastela
 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Benteng Kastela
Benteng Kastela adalah suatu reruntuhan benteng yang terletak di pesisir barat daya Ternate. Benteng ini terkenal selaku benteng kolonial pertama yang dibangun di Kepulauan Maluku, Indonesia. Dibangun oleh Portugis pada tahun 1522, benteng ini juga disebut dalam bahasa yang berbeda mirip São João Batista (Bahasa Portugis), Ciudad del Rosario (Bahasa Spanyol) atau Gammalamma (Bahasa Ternate dan Belanda). Benteng ini lebih dimengerti oleh penduduk setempat dikala ini selaku Kastella/Kastela.

Dalam perjalanan sejarahnya, Benteng Kastela berulang kali menjadi saksi bisu dari insiden penting yang melibatkan Kesultanan Ternate dengan bangsa Portugis. Salah satunya merupakan, perjuangan rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Baabullah dalam melawan dan menghalau bangsa Portugis. Setelah peperangan yang berjalan selama kurang lebih lima tahun, balasannya Portugis sukses diusir dari Ternate pada tahun 1575. Benteng Kastela kemudian diduduki dan dikuasai oleh Kesultanan Ternate.


5. Benteng Kota Janji
 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Benteng Kota Janji [Kemdikbud]
Benteng Kota Janji merupakan sebuah benteng Portugis yang terletak di Jalan Ngade, Dusun Laguna, Desa Fitu, Kecamatan Ternate Selatan, Ternate, Provinsi Maluku Utara, letaknya berada di pinggir jalan utama menuju Kota Ternate dari arah selatan. Benteng yang bangun dengan kuat di atas ketinggian 50 meter dari permukaan laut ini dibangun pada masa penjajahan Portugis. Benteng ini dibangun oleh Gubernur Portugis Antonio de Brito pada tahun 1522.

Dinamakan Benteng Kota Janji lantaran menjadi saksi bisu perjanjian tenang Sultan Khairun dan Gubernur Portugis. Tetapi Portugis ingkar dan mencabut nyawa sultan di Benteng Kastela. Maka dari itu, Benteng Kota Janji masih akrab kaitannya dengan Benteng Kastela.

Pada tahun 2004, benteng ini pernah direhabilitasi tetapi hanya sekadar menyelamatkan daerah cagar budaya dengan mempercantik kawasan sekitar Benteng dengan menciptakan taman serta dibangun pula pagar yang mengelilingi benteng. Tetapi bentuk bergotong-royong dari benteng sudah tidak terlihat lagi.


6. Benteng Oranye
 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Benteng Oranje / Oranye
Benteng Oranye terletak di Ternate dibangun oleh Belanda pada tahun 1607 dan juga berfungsi sebagai markas besar VOC hingga tahun 1619 sebelum kantor pusat VOC dipindahkan di Batavia. Benteng ini juga berfungsi selaku kediaman Gubernur Belanda di Ternate.

Benteng Oranje yaitu benteng peninggalan Belanda tang terletak di Pulau Ternate. Benteng Oranje diresmikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge dan diberi nama Benteng Oranje oleh Francois Wiltlentt pada tahun 1609 pada kurun Pemerintahan Sultan Mudaffar. 

Benteng oranje ini semula berasal dari bekas sebuah benteng renta yang dibangun oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga dberi nama Benteng Melayu. Terletak di pusat Kota Ternate tepatnya di Kelurahan Gamalama yang beralamat di Jalan Hasan Boesoeri, Ternate Tengah, Ternate, Maluku Utara. Dengan letak yang strategis tersebut menimbulkan benteng ini makin gampang untuk dikunjungi para turis.

Kini Benteng Oranje telah beralih fungsi menjadi lokasi rekreasi benteng di Ternate. Dulu yang lokasinya berada tepat disamping maritim kini sudah berada di tengah kota sebab adanya reklamasi dan kepingan depan benteng ini dibuat taman kota serta lokasi pertokoan.


7. Benteng Tahula

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Benteng Tahula terletak di Soa Sio Kota Tidore Dan Kepulauan Propinsi Maluku Utara. Menurut Ramerini (2012), Benteng Tahula ialah benteng utama Bangsa Spanyol di Pulau Tidore. Pembangunan benteng ini berjalan berjalan lambat dari 1610 sampai 1615, selain lokasi benteng di atas bukit yang menyulitkan dalam pengangkutan material, juga sering terjadi gangguan dari rakyat Tidore selama proses pembangunannya. Benteng ini ditinggalkan Spanyol antara tahun 1661 – 1662, dan kemudian diduduki oleh Sultan Tidore.

Untuk meraih lokasi benteng kita harus menaiki tangga yang cukup tinggi, sebanyak 100-an lebih anak tangga. Ada beberapa anak tangga yang terlalu berjarak sehingga perlu kehati-hatian terutama ketika turunnya.


8. Benteng Tolukko

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Benteng Tolukko terletak di Ternate, Maluku Utara, di bangun oleh Portugis pada tahun 1540 dan kemudian diperbaiki oleh Belanda pada tahun 1610 dan terakhir oleh pemerintah Indonesia. Benteng Tolukko yakni benteng peninggalan Portugis yang berada di Kelurahan Sangadji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Benteng Tolukko dibangun oleh seorang panglima Portugis yang berjulukan Fransisco Serao, pada tahun 1540. Benteng ini dibangun Portugis sebagai pertahanannya dalam menguasai cengkih dan juga menguasai dominasinya di antara bangsa Eropa yang lain. Benteng ini diambil alih oleh Belanda pada tahun 1610 dan direnovasi oleh Pieter Both. Pada tahun 1864, oleh Residen P. van der Crab, benteng Tolukko dikosongkan alasannya ialah sebagian bangunannya telah rusak. Pemerintah Republik Indonesia memugar benteng ini pada tahun 1996-1997.

Dahulu benteng Tolukko dimengerti dengan nama Benteng Hollandia. Benteng Tolukko dibangun di atas fondasi batuan beku. Benteng ini terbentuk dari tiga buah bastion, ruang bawah tanah, halaman dalam, lorong serta bangunan utama berupa egi empat. Konstruksi bangunannya yang dibuat dari gabungan watu kali, kerikil karang, potongan watu bata yang direkat oleh adonan kapur serta pasir.

9. Benteng Tore

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Benteng Torre terletak di Soa Sio Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Benteng ini dibangun tahun 1578 oleh Portugis atas perintah Sancho de Vasconcelos yang mendapatkan ijin dari Sultan Gapi Baguna tanggal 6 Januari 1578. Nama benteng “Torre” kemungkinan berafiliasi dengan nama Kapten Portugis pada ketika itu yakni Hernando De La Torre.

Benteng ini dipakai untuk menyaksikan kapal-kapal yang hendak menyerang markas Portugis pada waktu itu alasannya adalah letaknya berdekatan dengan Kedaton Kie Kerajaan Tidore. Benteng ini juga merupakan saksi kejayaan Kerajaan Tidore pada dikala itu. Pulau Tidore merupakan salah satu pulau penghasil rempah-rempah pada beberapa periode kemudian.

Untuk menuju Benteng Tore, pengunjung mesti menuju Ternate apalagi dulu pastinya. Sebab Tidore belum memiliki bandara sendiri. Dari Bandara Sultan Baabullah, Ternate, menuju ke Pelabuhan Rum pulau Tidore menggunakan speedboat maupun kapal Ferry. Dan sesampainya di Pelabuhan Rum, disambung dengan Becak Motor atau Mikrolet menuju Benteng Torre.


10. Kedaton Sultan Bacan

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Kedaton Sultan Bacan ialah suatu bangunan yang terletak di tengah Kota Labuha, tepatnya di Jl. Oesman Syah, Amasing Kota Bar., Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dulu, Kedaton ini mulanya merupakan kediaman sultan Muksin Syah. Kediaman sultan ini dipakai selaku kedaton dikarenakan kedaton sebelumnya hancur akhir perang dunia II. 

Pada tahun 2003 Kedaton ini sempat direnovasi dengan mengubah belahan atap rumahnya. Warna kuning yang mendominasi kedaton ini melambangkan kesultanan.

Kedaton ini juga menjadi tempat untuk menyimpan barang-barang peninggalan yang masih bisa diselamatkan dari kedaton aslinya yang hancur terbakar selama Perang dunia II. Benda peninggalan tersebut antara lain mahkota, keris, beserta payung. Mahkota yang disebut Lakare ini terbuat dari kain beludru dengan hiasan watu-kerikil mulia asli. Mahkota ini merupakan pesona yang sungguh besar bagi hadirin kedaton ini.


11. Kedaton Sultan Ternate

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Kedaton Sultan Ternate ialah bangunan peninggalan Kesultanan Ternate yang berada di bukit Limau, jalan Sultan Khairun, Kelurahan Sao-sio, Ternate Utara, Ternate, Maluku Utara, Indonesia.

Kedaton Sultan Ternate dibangun pada 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali dengan luas bangunan 1500 meter kuadrat di tanah seluas 1,5 hektar. Museum ini dibangun oleh seorang arsitektur dari Tiongkok. Sejak tahun 1981, pengelolaan bangunan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, walaupun dalam kesehariannya masih dipakai selaku kediaman sultan.

Kini Kedaton Sultan Ternate menjadi sebuah Museum dengan nama Museum Kedaton Sultan Ternate yang didirikan oleh Menteri Kebudayaan pada tahun 1982.

Museum Kedaton Sultan Ternate berbentuk sisi delapan yang mirip seekor singa yang sedang duduk dengan kedua kaki depannya menghadap ke maritim dan gunung Gamalama selaku latar belakangnya. Museum ini mempunyai koleksi benda geologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, filologi, teknologi, seni rupa, dan keramik.

Di museum ini terdapat peninggalan Kesultanan Ternate dan Eropa. Peninggalan kesutanan ternate misalnya berbentukmahkota, singgasana yang berwarna emas, perlengkapan perang, perlengkapan upacara etika dan upacara kesultanan dan Al-Alquran tulisan tangan. Mahota peninggalan Kesultanan Ternate tersebut memiliki rambut yang tumbuh setiap dikala mirip rambut insan. Untuk memangkas rambut yang berkembang tersebut, diadakan upacara ritual istampa setiap hari raya Idul Adha. Mahkota tersebut diperkirakan sudah berumur 500 tahun semenjak sultan Ternate yang pertama berkuasa.


12. Landasan Pitu

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Pulau Morotai merupakan pulau kecil terpencil di Provinsi Maluku Utara. Meski kecil, hanya seluas 1.800 kilometer persegi. dari Pulau inilah Jepang dilumpuhkan pasukan Sekutu. Pulau Morotai mempunyai tugas penting dalam sejarah Perang Dunia II. Di sana terdapat tujuh landasan pesawat, Pitu Street, sebagai saksi sejarah yang digunakan Amerika Serikat untuk pendaratan pesawat tempur.

Landasan Pitu merupakan sebuah Landasan pesawat peninggalan Tentara Jepang yang dibangun pada tanggal 17 Oktober 1944. Terdapat 7 landasan terbang di tempat ini, tetapi salah satunya telah dioperasionalkan selaku Bandara Udara Pitu Pulau Morotai. Landasan Pitu berada di Wawama yang berdekatan dengan Kota Daruba.


13. Makam Sultan Babullah

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara

Makam Sultan Babullah yang berada di Kelurahan Foramadiahi, Kecamatan Ternate Pulau, Ternate, Maluku Utara.

Sultan Baabullah (10 Februari 1528 (?) – Juli 1583) atau Babullah, juga dimengerti selaku Baab atau Babu dalam sumber Eropa, merupakan sultan ke-7 dan penguasa ke-24 Kesultanan Ternate di maluku utara yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Ia dianggap selaku Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku alasannya adalah keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari Ternate dan menenteng kesultanan tersebut terhadap puncak kejayaannya di final periode ke-16. Sultan Baabullah juga dimengerti dengan gelar "Penguasa 72 Pulau", menurut wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, yang meliputi sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe dan sebagian dari Sulawesi. Pengaruh Ternate pada kala kepemimpinannya bahkan bisa menjangkau Solor (Lamaholot), Bima (Sumbawa bab timur), Mindanao, dan Raja Ampat. Peran Maluku dalam jaringan niaga Asia berkembangsecara signifikan lantaran perdagangan bebas hasil rempah dan hutan Maluku pada kurun pemerintahannya.

Sultan Baabullah mangkat pada bulan Juli tahun 1583. Terdapat versi yang berlawanan-beda wacana penyebab dan tempat kematiannya. Menurut suatu riwayat meragukan yang muncul jauh di kemudian hari (catatan François Valentijn, 1724), ia diperangkap oleh Portugis dalam kapal mereka dan dibawa ke Goa, tetapi meninggal di perjalanan. Riwayat-riwayat yang lain menyatakan bahwa ia dibunuh ketika berada di kediamannya, entah lewat racun atau sihir.

14. Masjid Sultan Bacan

Masjid Sultan Bacan dibangun dikala Kesultanan Bacan dipegang oleh Sultan Usman Syah tamat kurun 18. Dia membangun sekembalinya dari berguru dengan Syeh Soleman Asyamadani, seorang ulama asal Jawa yang dibuang ke Ambon.

Masjid Kesultanan Bacan merupakan bab dari Kedaton Kesultanan Bacan yang dipakai selaku sentra ibadah dan pusat kebudayaan Islam di Pulau Bacan. Masjid ini terletak di Kelurahan Amasing Kota RT.03 RW.07, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini berada di tengah-tengah pemukiman yang terdapat di Kota Labuha. Kurang lebih 100 m ke arah barat dari Kedaton Sultan Bacan.

Ada beberapa pertimbangan penanggalan Masehi pendirian Masjid Kesultanan Bacan. Ada yang menyampaikan bahwa masjid ini diresmikan semasa pemerintahan Sultan Usman Syah pada tamat periode 18 sehabis sultan mencar ilmu terhadap Syekh Sulaiman As Samadani, seorang ulama asal Jawa yang diasingkan ke Ambon. Sedangkan, pada Direktori Masjid Bersejarah (2008) disebutkan bahwa masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 yang diarsiteki oleh Cronik van Hendrik, seorang arsitek dari Jerman, pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Sadek.

Terlepas dari perbedaan itu, masyarakat Labuha meyakini bahwa masjid tersebut telah berumur ratusan tahun. Masjid berdenah persegi ini mempunyai atap limasan bersusun dua yang berdiri di atas lahan seluas 6.020 m². Pada kubah limas paling atas terdapat kaligrafi di setiap sisinya. Pada salah satu terasnya, terdapat suatu bedug bercat hijau yang memiliki diameter 1 m dengan panjang 1,5 m, sedangkan pada bab belakang masjid terdapat kompleks pemakaman kuno keluarga serta saudara dari Kesultanan Bacan.

Masjid Kesultanan Bacan ini tidak dikelilingi pagar, akan tetapi dekat masjid dari tiga arah susukan ke lingkungan masjid tersebut terdapat pintu gapura beratap gua susun sebagai gerbang menuju lingkungan masjid tersebut.


15. Masjid Sultan Ternate

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Masjid Sultan Ternate (Sigi Lamo) merupakan sebuah masjid yang terletak di tempat Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di wilayah timur Nusantara ini. Kesultanan Ternate mulai menganut Islam semenjak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum yang bertahta sekitar 1465-1486 M. Pengganti Kolano Marhum ialah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500), yang makin memantapkan Ternate selaku Kesultanan Islam dengan mengganti gelar Kolano menjadi Sultan, memutuskan Islam selaku agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat Islam, serta membentuk forum kerajaan sesuai aturan Islam dengan melibatkan para ulama.

Masjid Sultan Ternate letaknya sekitar 100 meter dari Kedaton. Pembangunannya di mulai pada tahun 1606 dikala berkuasanya Sultan Saidi Barakati dan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Musafar dan dirampungkan oleh Sultan Hamzah pada tahun 1648 dengan komposisi materi yan yang dibuat dari susunan batu.


16. Masjid Wapeue

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Masjid Tua Wapauwe adalah masjid yang sungguh bersejarah dan merupakan masjid tertua di Maluku. Umurnya meraih tujuh kurun. Masjid ini dibangun pada tahun 1414 Masehi oleh Perdana Jamillu. Masjid yang dikala ini masih bangun dengan kokohnya, menjadi bukti sejarah Islam di Maluku pada kurun lampau.

Mulanya Masjid ini berjulukan Masjid Wawane alasannya dibangun di Lereng Gunung Wawane oleh Pernada Jamilu, keturunan Kesultanan Islam Jailolo dari Moloku Kie Raha (Maluku Utara). Kedatangan Perdana Jamilu ke tanah Hitu sekitar tahun 1400 M, merupakan untuk menyebarkan ajaran Islam pada lima negeri di sekeliling pegunungan Wawane yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala dan Nukuhaly, yang sebelumnya sudah dibawa oleh mubaligh dari negeri Arab.

Hal yang lain yang bernilai sejarah dari masjid tersebut yaitu tersimpan dengan baiknya Mushaf Quran yang konon tergolong tertua di Indonesia. Yang tertua yaitu Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang simpulan ditulis (tangan) pada tahun 1550 dan tanpa iluminasi (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf yang lain ialah Mushaf Nur Cahya yang simpulan ditulis pada tahun 1590, dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas produk Eropa.

Imam Muhammad Arikulapessy yakni imam pertama Masjid Wapauwe. Sedangkan Nur Cahya yakni cucu Imam Muhammad Arikulapessy. Mushaf hasil kedua orang ini pernah dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta, tahun 1991 dan 1995.

Selain Alquran, karya Nur Cahya yang lain yakni: Kitab Barzanzi atau syair puji-kebanggaan terhadap Nabi Muhammad SAW, sekumpulan naskah khotbah mirip Naskah Khutbah Jumat Pertama Ramadhan 1661 M, Kalender Islam tahun 1407 M, suatu falaqiah (peninggalan) serta manuskrip Islam lain yang sudah berumur ratusan tahun.


17. Museum Perang Dunia II

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Museum Perang Dunia II berada di Pulau Morotai, Maluku Utara. Lokasi Museum Perang Dunia II ini berada di segi Bandara Pitu ke arah laut dan bergabung dengan Museum Trikora. Letaknya dari Darubah/sentra kota sekitar 5-10 menit dengan kendaraan langsung atau transportasi biasa (bentor).

Museum ini merupakan saksi dahsyatnya Perang Dunia II pada ketika itu. Barang-barang peninggalan di dalam museum ini menjadi salah satu bukti paling otentik yang dimiliki di Morotai. Morotai merupakan basis pangkalan perang pasukan Sekutu dikala Perang Dunia II terjadi. Bagian dalam museum ini terdapat peralatan perang yang pernah dipakai pasukan Sekutu dan Jepang ketika perang pada tahun 1944-1945. Bahkan sebagian perlengkapan tersebut merupakan hasil restorasi dari perlengkapan yang diangkat dari perairan Morotai. Terdapat juga salah satu pakaian yang dipajang adalah otentik milik Jenderal Mc Arthur. Bagian luar museum terdapat tank peninggalan PerangDunia II yang bangun dengan gagah.


18. Monumen Teuro Nakamura

 adalah salah satu provinsi di Indonesia Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Monumen Teuro Nakamura yakni suatu monumen yang berada di Desa Deheglia, Morotai bangkit, dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Teruo Nakamura, lahir di Taiwan di bawah pemerintahan Jepang, 8 Oktober 1919 – meninggal di Taiwan, Republik Tiongkok, 15 Juni 1979 pada umur 59 tahun. Ia ialah tentara dua Angkatan Darat Kekaisaran Jepang kelahiran Taiwan yang bertempur demi Jepang di dalam Perang Dunia II dan gres mengalah pada tahun 1974 di Pulau Morotai, Indonesia. Ia ialah salah satu dari sekian banyak Tentara Jepang yang menolak mengalah sehabis berakhirnya Perang Dunia II dan juga yang dikonfirmasi selaku yang terakhir.

Nakamura terlahir dengan Attun Palalin, sementarar Media Taiwan menyebutnya dengan nama Lee Guang-Hui 李光輝, suatu nama yang gres beliau ketahui sehabis ia direpatriasi pada tahun 1975.