Tuesday, 12 October 2021

Menikmati Imajinasi Bukit Surga

 senja seperti sebuah surga keindahan yang selalu menawan hati Menikmati Imajinasi Bukit Surga
Di atas bukit itu, senja mirip sebuah nirwana keindahan yang senantiasa menarik hati. Musim kemarau mencapai pertengahan September dan belum tampak tanda untuk berubah animo penghujan. Angin berhempus kencang menggoyang ilalang dan rumput liar yang menyetubuhi puncak bukit. Matahari tampak semakin menguning di ufuk barat. Sengatnya telah menjadi hangat, bahkan terkalahkan dengan hawa acuh taacuh yang terbawa hembusan angin.
Di kejauhan kita dapat melihat rangkaian pegunungan seribu yang biru dan seakan tak ada pangkal ujungnya. Melihat semua itu, kita seperti ditampilkan sebuah lukisan absurb dengan latar biru sintetis. Tak cuma itu, mata kita akan di manjakan oleh suasana air waduk Gajah Mungkur yang begitu hening. Dari ketinggian bukit itu kita dapat menatap jauh seluruh luas waduk hasil karya pemerintahan orde baru tersebut.
Ketika hari cerah kita mampu menikmati hutan di sebelah barat yang membentang hingga batas cakrawala pandang kita. Jauh di segi timur gunung lawu terpaku gagah dengan indahnya.
Itulah bukit Joglo. Sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 650 dari permukaan bahari yang tersembunyi di desa Sendang, Wonogiri. Keindahan alam yang masuk propinsi Jawa tengah itu terletak sekitar 15 kilometer dari jantung kota Wonogiri. Wonogiri memang merupakan sebuah kabupaten dengan potensi alam yang sungguh besar namun belum tergarap dengan optimal.
Untuk menuju desa Sendang cukup mudah. Kalau dari kota Wonogiri, kita mampu naik bus atau transportasi lazim jurusan Wonogiri-Pracimantoro atau Wonogiri-Manyaran dan turun di daerah camping ground sekitar waduk Gajah Mungkur. Namun untuk sampai ke puncak bukit Joglo, agak susah bila tidak mempunyai kendaraan sendiri alasannya tidak ada angkutan lazim menuju ke sana. Kalaupun ada, transportasi lazim hanya akan hingga pada perkampungan kecil di sebelah timur bukit dan waktunya pun tidak tentu.
Jalan sempit, berkelok-kelok tajam, naik terjal, menurun curam, itulah kira-ktra gambaran jalan menuju puncak Joglo. Jika bermotor, maka pengendara yang ada di depan di sarankan untuk hati-hati dan sadar akan kemampuannya, medan serta keadaan kendaraannya. Medan jalan seperti itu dapat menjadikan suatu risiko yang besar.
Perkampungan dengan rumah-rumah sederhana akan kita jumpai di sana. Setiap pagi belum dewasa sekolah dasar menempuh berkilometer jalan yang curam untuk sampai di sekolah. Riuh tawanya seakan menjadi semangat yang berkejar dengan hangat sinar mentari dari timur yang kadang menyilaikan persepsi mereka.
Sebagian besar masyarakatdi sana hidup sebagai petani. Di sampng itu, mereka juga membuat suatu sangkar di erat rumahnya untuk memelihara kambing atau sapi untuk sekedar simpanan ekonomi keluarga. Setiap pagi dan sore hari para petani sering tampakberlangsung gontai dnegan menenteng sekarung rumput untuk makanan ternaknya tersebut. Ibu-ibu menggendong bakul yang berisi kotoran ternak untuk disebarkan di ladang atau sawahnya sebagai pupuk alami. Sungguh, nuansa pedesaan dilereng bukit Joglo bisa mengingatkan latar pada novel Ronggeh Dukuh Paruk hasil karya Ahmad Tohari yang begitu teduh, alami dan sederhana.

Wisata Gantole dan Paralayang
Sebelum diketahui di penduduk luas, bukit joglo bukanlah bukit yang hebat. Sama mirip bukit-bukit yang banyak terdapat di wonogiri, hanya ditumbuhan flora-flora liar dan tak terawat. Namun bukit itu berkembang menjadi menjadi suatu nirwana untuk banyak orang. Selain keindahan panorama yang mampu dicicipi di sana, Bukit Joglo juga menawarakn suatu rekreasi yang cukup untuk menguji adrenalin kita adalah wisata gantole dan paralayang. semenjak kurun sembilan puluhan, hampir setiap tahun diadakan kejuaraan nasional gantole. Namun sejak tahun 2007 kemudian belum ada event serupa yang diadakan di bukit Joglo.
Bisa dibilang bukit joglo yaitu suatu nirwana bagi atlit paralayang dan gantole. Keadaan geografis dan cuaca di sana sungguh mendukung olahraga keudaraan tersebut. Bukit Joglo dapat dikategorikan sebagai landasan gantole dan paralayang dengan kualitas internasional. Seorang penerbang gantole atau paralayang yang lepas landas dari puncak bukit Joglo dapat puas melayang berjam-berjam di udara. Alangkah indahnya bila mampu menikmati biru waduk dan hutan-hutan dari atas udara hingga beberapa jam.
Pada dasarnya bukit Joglo yang mempunyai berjuta keindahan tersebut kurang tergarap dengan maksimal. Faasilitas yang dibagun di sana lebih diperuntukkan cuma untuk rekreasi olahraga. Sebenarnya letak dari bukit Joglo sungguh strategis, karena bukit itu berada sempurna di atas rekreasi Taman Rekreasi Sendang Asri Waduk gajah Mungkur. Padahal wisata Sendang Asri ialah suatu objek pariwisata yang paling banyak menyerap pelancong di Wonogiri. Pengunjung akan membludak ketika piknik atau hari lebaran.
Mungkin pemerintah kabupaten Wonogiri dapat membuat inisiatif untuk menggabungkan dua objek wisata ini. Ini pun harus dengan kenaikan fasilitas yang berada di bukit Joglo alasannya masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini.
Alangkah indah jikalau di atas bukit di berdiri suatu gardu pandang sehingga hadirin dapat leluasa menikmati pemandangan alam Wonogiri dengan tenteram dan kondusif. Akses jalan menuju bukit pun sepatutnya menjadi pantauan utama. Sulitnya medan dapat menimbulkan pengunjung malas untuk mengunjunginya.

Emas yang Tersembunyi
Bukit-bukit dengan rimbun pepohonan yang menyelimutinya terlihat menjadi beteng yang tangguh bagi kota Wonogiri. Hamparan bukit yang membentuk sebuah rangkaian pegunungan seribu itu membuat sebuah legenda yang mengumpulkan beberapa mata air sampai menjelma sungai Bengawan Solo.
Potensi wisata alam di kabupaten Wonogiri seperti bongkahan emas yang tersembunyi dalam goa yang dalam. Banyak sekali tempat-tempat wisata yang bahu-membahu mampu menjadi sesuatu yang diandalkan untuk mendongkrak APBD sekaligus menjual nama Wonogiri ke luar kawasan.
Wonogiri terkenal dengan masyarakatnya yang menjadi kaum boro. Mereka meninggalkan kampung halaman dan merantau ke kota atau bahkan ke mancanegara untuk menopang kehidupan mereka. Mungkin dengan pemanfaatan potensi alam akan meminimalkan tingkat kaum boro di Wonogiri. Kemandirian suatu kawasan akan menjadikan pemerintahan yang bersifat otonomi makin kuat.
Bisa di sebutkan keindahan-keindahan yang berada di Wonogiri mirip wana wisata Alas Kethu, Gunung Gandul, Bendungan Waduk Gajah Mungkur, Taman Rekreasi Sendang Asri, Bukit Joglo dan Karamba. Itu hanya kesempatanrekreasi yang erat dengan kota Wonogiri, belum lagi potensi-peluangyang berada di setiap cabang kecamatan yang tersebar di seluruh pelosok kabupaten Wonogiri. Dapat disebutkan objek-objek lain seperti Goa Putri Kencana dan museum Karst Dunia (kecamatan Pracimantoro), Goa Ngantap (Kec. Giritontro), Pantai Nampu dan Sembukan (Kec. Paranggupito), Waduk Nawangan (Kec. Giriwoyo), Kahyangan (Kec. Tirtomoyo), Gilimanik (Kec. Slogohimo), dan potensi-kesempatanrekreasi kecamatan lain.
Masih banyak bekerjsama yang harus digarap oleh pemkab Wonogiri semoga potensi-peluangitu menjadi sesuatu yang dapat mengemban amanah. Dan semua itu supaya ada kerja dari semua pihak agar emas yang berada jauh dalam goa itu dapat didapatkan dan ditambang. Terima kasih.
Gambar dari: www.angkasa-online.com/12/08/plesir/plesir3.htm