Wednesday, 13 October 2021

Saatnya Kb Dikampanyekan Lagi


Sekarang bukan zamannya lagi ada fikiran banyak anak banyak rejeki, namun lebih tepatnya banyak anak banyak persoalan. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Tak heran jikalau masalah demi persoalan terus melanda Indonesia terutama persoalan ekonomi yang dekat dengan kependudukan.
Dalam hal jumlah penduduk, Indonesia menempati posisi keempat dunia di bawah Amerika serikat (tahun 2005). Sungguh ironis, jumlah masyarakatyang sungguh besar tersebut tidak diikuti oleh perkembangan negara. Tak heran jikalau Indonesia cuma menjadi negara yang sedang berkembang dengan angka kemiskinan yang tinggi. Kepadatan masyarakattidak dapat dielakkan dan mengakibatkan bermacam persoalan di dalam penduduk tersebut mirip pengangguran, kriminal, kawasan kumuh, kemacetan lalu lintas yang semakin lama akan terus mencekik kondisi bangsa ini. Masalah-masalah itu sepertinya menjadi suatu mata rantai yang merepotkan sekali ditentukan.
Salah satu faktor penyebab problem itu adalah kurangnya tata cara administrasi kependudukan yang sehat dan berkesinambungan. Kita tahu Indonesia mempunyai angka kelahiran total (TFR) cukup tinggi. Jika tidak dapat ditekan akan mengakibatkan pengaruh kependudukan yang tidak sehat. Salah satu caranya ialah dengan menggiatkan kembali program KB secara efektif dan berkesinambungan. Indonesia telah menerima penghargaan dari PBB berupa “Population Award” sebagai wujud pengukuhan dan penghargaan dunia atas keberhasilan Indonesia dalam pengendalian persoalan kependudukan. Namun legalisasi dan penghargaan itu ternyata tak membuat pemerintah untuk merefleksi diri. Sepertinya pemerintah lengah dalam menghadapi gejala-tanda-tanda yang terjadi di masyarakat. Pemerintah kurang tanggap kepada duduk perkara yang ada, sehingga dikala acara KB dinyatakan berhasil menekan jumlah penduduk, pemerintah seperti hanya duduk manis tanpa menyiapkan acara KB selanjutnya. Akhirnya Program KB cuma terbengkalai mirip ladang kering ketika kemarau panjang.
Tidak mampu disangkal juga, penduduk kini ini mulai memandang sebelah mata Program KB. Ini salah satu kecerobohan metode kependudukan yang dilaksanakan pemerintah. Berkurangnya sosialisasi menciptakan antusiasme masyarakat kepada KB menjadi berkurang. Jika sosialisasi KB tetap berlangsung seperti saaat mengampanyekannya, aku sungguh optimistis minat warga dalam ber-KB akan tetap tinggi.
Saat KB dicanangkan selaku Program Nasional pada tanggal 29 Juni 1970, Program KB Nasional mempunyai 2 tujuan yaitu menurunkan angka kelahiran total (TFR) dan melembagakan atau membudayakan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Namun kedua tujuan itu tidaklah akan berhasil jikalau tidak ditunjang dnegan kinerja yang efektif dan berkesinambungan. Makara upaya untuk mensosialisasikan dan mengampanyekan KB mesti selalu tetap berlangsung agar tidak cuma berjalan di daerah.
Sekarang program mesti memiliki tantangan dan tujuan yang lebih komplek untuk mengupayakan kemakmuran masyarakatIndonesia. Sistem administrasi kependudukan yang efektif dan berkesinambungan juga mesti diterapkan secara optimal sehingga Program KB yang masih mempunyai agenda kependudukan (zero population growth) dan Pembangunan keluarga yang berkualitas akan berjaya kembali.