Saturday, 30 October 2021
Daftar Situs Lowongan Kerja Di Lampung Modern
Friday, 29 October 2021
Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi Tenggara (Sultra)
Sulawesi Tenggara (disingkat Sultra) merupakan suatu provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di penggalan selatan garis khatulistiwa.
tempat bersejarah di sulawesi tenggara, peninggalan sejarah di kota kendari, kerajaan sulawesi tenggara, peninggalan sejarah sulawesi barat, tempat bersejarah di buton, benda benda artefak yang ada di kota kendari
Sulawesi Tenggara pada masa lalu sama dengandaerah tempat lainnya di Indonesia ialah menderita penjajahan oleh Belanda, jepang. Maka dari itu banyak peninggalan bersejarah utamanya bangunan di kala penjajahan tersebut. Berikut ini kami rangkum beberapa Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra).
Daftar isi
- Baterai Mata
- Batu Popaua
- Benteng Baadia
- Benteng Keraton Buton
- Benteng Liya Togo
- Bunker Perumahan Korem
- Chineese School
- Goa Liang Kobori
- Goa Liang Metanduno
- Istana Sultan Buton / Malige
- Kantor Klasis/Internat [Rumah Pendeta]
- Masjid Keraton Buton
- Pilboks TVRI
- Rumah Controleur Belanda 1
- Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda
- Terowongan 1
- Terowongan 2
- Waterreservoir-Anno 1928 (Bangunan PDAM)
Zona Sultra] |
Bunker Perumahan Korem yaitu suatu daerah bantuan di bawah tanah, ketika perang daerah ini digunakan serdadu untuk berlindung dari sewrangan musuh. Nama Bunker Perumahan Korem diberikan pada bunker ini sebab letaknya di halaman bekas rumah jabatan Danrem 143/HO. Sebagian konstruksi bunker tidak terlihat lagi sebab tertimbun dalam tanah. Tinggi bunker 152 cm dengan lebar 185 cm.
Bagian lantai dalam juga tidak mampu diamati yang tampaknya menurun ke dalam. Menurut Ansar (66 tahun), ruangan bunker mempunyai cabang dan salah satunya tembus ke lubang tanah di belakang rumah controleur Belanda yang kini menjadi rumah jabatan wakil ketua DPRD Sulawesi Tenggara. Bunker ini berada pada segi timur lereng bukit di jalan Lakidende.
Chineese School di Kendari [sumber: Zona Sultra] |
Chineese School yakni salah satu bangunan bersejarah peninggalan penjajahan Belanda di Kendari. Bangunan sekolah ini berada di sudut pertigaan jalan Martadinata No.1 yang secara administratif masuk dalam kawasan Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.
Sekarang bangunannya difungsikan selaku gedung Akademi Teknik Kendari (ATK). Dahulu, sekolah ini berjulukan Sekolah China (Chineese School) yang dibangun pada periode pemerintahan Belanda.
Bangunan ini mempunyai ukuran panjang 27 m, lebar 16,5 m, dan tinggi platfom 4 m. Bahan pembentuk bangunan ini yaitu kayu, semen, kapur, pasir, batu bata, kaca, terali besi, dan seng.
Bangunan ini tidak memakai rangka besi, melainkan balok kayu besar. Denah bangunan persegi empat panjang, dan dinding luar bangunan dicat warna merah muda. Pada bab depan, terdapat pintu masuk dengan dua daun pintu berpasangan. Bagian depan bangunan bertingkat dua, sedangkan cuilan belakang cuma satu tingkat dengan atap terpisah.
Ruangan tingkat I dilengkapi satu pintu utama di bab depan dan satu pintu samping. Sekarang, ada 9 ruangan di lantai I yang difungsikan selaku ruang kelas. Akses menuju tingkat II ialah tangga kayu yang setengah rapat di dinding utara.
Tingkat II cuma berukuran 8 m panjang dan lebar 16,5 m, dengan lantai dari balok kayu dan papan. Ada panjang dan lebar 16,5 m, dengan lantai dari balok kayu dan papan. Ada 4 ruangan. Tingkat II dilengkapi pagar yang berisikan pion-pion beton setinggi 50 cm di depan teras. [sumber: Zona Sultra]
Liang kobori |
Liang kobori merupakan salah satu gua alam yang berada di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Gua ini sekarang menjadi situs purbakala yang dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah selain itu gua ini pun menjadi daerah pariwisata dan pengamatan kepurbakalaan.
Gua ini terkenal sebab adanya ornament-ornament yang berupa lukisan yang terdapat pada dinding gua. Lukisan-lukisan ini merupakan salah satu lukisan yang dibikin oleh para manusia purba.
Gua ini merupakan salah satu gua alam yang mempunyai ornament di dalamnya, yang berbentuklukisan hasil karya insan purba, selain gua serupa yang terdapat di didaerah yang lain di Indonesia atau gua serupa yang berada di mancanegara mirip di Prancis dan Spanyol.
Gua ini merupakan sebuah gua alam yang diteliti pertama kali oleh seorang sejarawan berjulukan Kosasih S.A. pada tahun 1977.
Gua ini terletak kurang lebih 10 km dari pusat kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu, tepatnya diperbatasan antara Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan Lohia. Untuk mencapainya, kita dapat menggunakan kendaraan Umum ataupun kendaran pribadi selama kurang lebih 1 Jam perjalan. Tetapi untuk mencapai bibir gua tidak semudah yang dikira, kita perlu memasuki lorong lagi sejauh ± 2-3 Km dengan jalan masuk jalan yang kurang memadai, tetapi kita akan tetap terpukau dengan keindahan alam disekitar terusan.
Ketika memasuki bibir gua, kita akan melihat sebuah gua alam yang membentang dengan tinggi bevariasi antar 2-5 m dan lebar sekitar 30 m . selain ornament-pernak-pernik berupa lukisan kita mampu menyaksikan banyak sekali struktur geologi pada gua ini contohnya saja stalaktit yang berada pada bab atas dan stalakmit yang berada pada bagian bawah, yang bila keduanya sudah bertemu maka akan membetuk tiang watu.
Gua berikut yang kita mampu jumpai yakni gua utama yakni gua liag kobori. Sesuai namanya yakni liang kobori yang jika kita artikan kedalam Bahasa Indonesia berari gua bertulis, di dalam gua ini kita akan menemukan banyak sekali macam lukisan yang dibuat oleh para insan prasejarah. lukisan lukisan pada dinding gua ini hingga saat ini masih menyimpan misteri perihal kehidupan prasejarah penduduk muna yang tergores pada 130 an situs aneka tabrakan berwarna merah pada dinding gua bab dalam. Lukisan lukisan ini masih terjaga keasliannya hingga kini.
Dari aneka macam aneka lukisan tersebut, tergambar cara hidup masyarakat suku Muna pada kala lalu mulai dari cara bercocok tanam, berternak, berburu, berdapatasi dengan lingkungan, dan berperang untuk menjaga diri dari serangan musuh.
Goa Liang Metanduno |
Gua Liang Metanduno adalah situs purbakala yang terletak di perbatasan Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan Lohio, kabupaten Muna. Lokasinya berada di Desa/Kelurahan : Leang Kobori, Kecamatan : Lokia, Kabupaten/Kota : Muna, Pulau : Muna, Provinsi : Sulawesi Tenggara.
Di dalam gua ini terdapat banyak lukisan pada dinding gua yang dibentuk pada zaman prasejarah. Lukisan pada gua ini kebanyakan merupakan lukisan binatang bertanduk. Hal itulah yang mengakibatkan gua ini dinamakan Metanduno, alasannya "tandu" dalam bahasa muna bermakna "tanduk". Gua ini ditemukan oleh penduduk setempat pada tahun 1975. Di dalam gua juga terdapat kantinu (cerukan kerikil) yang terbentuk secara alami lewat tetesan air, dan risikonya menjadi tempat penampungan air.
Gua Metanduno merupakan gua yang cukup besar, dengan panjang rongga gua 23 m, lebar ekspresi gua 21,9 m, tinggi mulut gua 2,8 m, lebar perut gua 17,5 m, dan titik tertinggi langit-langit gua 7 meter. Jarak situs dari tepi pantai 15 m, ketinggian dari permukaan maritim 250 m.
Gua Liang Metanduno berjarak 10 kilometer dari Kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu. Untuk mengakses gua ini, sesudah meraih kawasan gua kita perlu melakukan perjalanan lagi sekitar 2-3 kilometer dengan kanal jalan yang kurang mencukupi, tetapi ditemani oleh keindahan alam. Liang Metanduno berada di satu tempat yang serupa dengan beberapa gua yang lain, mirip Liang Kobori.
Istana Malige [sumber: oppobaca.news] |
Bangunan istana berlantai tiga ini mempunyai desain khas bergaya rumah budbahasa Buton yang juga berupa rumah panggung yang yang dibikin dari kayu. Istana Malige dibentuk dengan fondasi batu alam yang disebut dengan sandi. Sandi tersebut tidak ditanam tapi ditaruh begitu saja tanpa perekat. Fungsinya ialah untuk menaruh tiang bangunan. Di antara sandi dan tiang bangunan dibatasi oleh satu atau dua papan alas yang ukurannya diubahsuaikan dengan diameter tiang dan sandi. Ini berfungsi selaku pengatur keseimbangan bangunan secara keseluruhan. Bangunan ini juga terdiri dari 4 lantai dan yang dibuat dari kayu yang berasal dari pohon wala dan lantai bangunan ini terbuta dari kayu jati. Pembangunan istana ini terbilang cukup unik lantaran tidak memakai paku, bilah-bilah kayu cuma dikaitkan satu sama lain biar merekat dengan besar lengan berkuasa. bangunan ini kuat bangun dengan topangan 40 tiang penopang, di bab depan terdapat 5 tiang yang berderet hingga 8 baris ke belakang. Tiang khususnya disebut dengan tutumbu yang memiliki arti senantiasa berkembang.
Struktur bangunan Istana Buton pada dasarnya yakni sama lokal alasannya ialah berasal dari satu konstruksi yang sama yang disebut banuwa tada. Hanya saja, dikala rumah tersebut difungsikan selaku rumah para pejabat, terdapat penambahan tiang penyangga yang berfungsi selaku kambero (kipas) sehingga disebut dengan banua tada kambero atau istana kamali. Setiap raja akan naik tahta maka akan dibuatkan rumah sejenis ini, jadi ada sekitar 38 rumah yang sejenis dengan istana malige.
Kantor Klasis/Internat (Rumah Pendeta). [sumber: Zona Sultra] |
Kantor Klasis/Internat [Rumah Pendeta] adlah rumah yang berada di dalam kompleks Gereja Kendari, Jalan Lakidende, Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari. Rumah ini diresmikan sekitar tahun 1940-an untuk tempat tinggal para misionaris Belanda selama di Kendari.
Bangunan rumah berisikan dua unsur, yakni bangunan I merupakan Kantor Klasis sekaligus menjadi rumah tinggal. Bangunan II ialah jejeran 9 kamar yang difungsikan sebagai asrama, berada di belakang atau barat laut bangunan I. Kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh koridor.
Bangunan I menghadap ke tenggara atau Teluk Kendari, sementara di timur laut terdapat gereja. Bentuk atap ialah limas dari bahan seng. Denah bangunan persegi dengan embel-embel teras depan, samping, dan belakang yang dilindungi atap seng. Lantai rumah dan teras ialah semen.
Keseluruhan dinding dicat berwarna putih. Teras dan rumah lebih tinggi antara 45 cm hingga 120 cm dari permukaan tanah sekitarnya. Lebar teras depan 2 m dan panjang 4 m. Dinding depan terdapat pintu di tengah, di kiri dan kanannya dilengkapi jendela kaca berbingkai kayu, masing-masing tiga ruas. Kusennya kayu, dicat warna biru muda.
Pada dinding barat dilengkapi 6 jendela kayu dan kaca. Bangunan I mempunyai 4 ruangan utama dan 2 kamar tidur. Ruangan pertama yakni ruang tamu, ruangan kedua merupakan ruang kerja.
Keduanya berurutan dan dihubungkan oleh suatu pintu. Ruang ketiga berada di sebelah kanan ruang kerja yang ialah ruang dapur. Kamar-kamar tidur, sejajar dengan ruang tamu, dengan masing-masing pintu yang berukuran lebar 220 dan tinggi 170 cm.
Ruangan keempat merupakan kamar tamu yang terletak di segi barat bangunan. Kamar tamu terhubung dengan ruang dapur. Terdapat pintu masuk dan jendela di bagian depan kamar, lengkap dengan teras depan kamar. Interior rumah dilengkapi platform dari papan kayu yang dicat berwarna putih. Bagian belakang terdapat 1 pintu kayu yang merupakan jalan masuk ke koridor dan asrama. Meskipun masih difungsikan, bangunan ini tidak terawat baik.
Bangunan II memanjang dan melengkung hingga ujung kanan asrama, berjumpa dengan sudut bangunan kantor. Asrama yang mempunyai 9 kamar ini tidak dipakai lagi. Depan pintu dilengkapi teras, sedangkan atap bangunan menggunakan sirap yang dilapis seng.
Masjid Agung Keraton Buton [Wikipedia] |
Masjid Al-Muqarrabin Syafyi Shaful Mu'min atau lebih diketahui dengan Masjid Agung Keraton Buton yaitu suatu masjid bersejarah yang berlokasi di Jl. Sultan Labuke, Melai, Murhum, Kota Bau-Bau, Pulau BUton, Sulawesi Tenggara. Masjid ini merupakan salah satu dari sembilan Masjid antik di Indonesia dan telah ditetapkan oleh pemerintah RI selaku benda cagar budaya atau situs cagar budaya berdasarkan keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No : KM.8/PW.007/MKP.03 Tanggal 04 Maret 2003
Masjid Agung Keraton Buton terletak di dalam Lingkungan Benteng Kesultanan Buton, Benteng anyir tanah terluas di dunia menurut catatan rekor MURI. Masjid ini dibangun berupa empat persegi panjang berukuran 20,6 x 19,40 m dengan atap berjumlah dua lapis berupa limas. Masjid terdiri dari tiga lantai, mengikuti struktur bangunan rumah panggung yang menjadi ciri khas rumah etika penduduk Sulawesi Tenggara. Bahan yang digunakan untuk membangun masjid itu sama dengan materi untuk benteng keraton.
Lantai satu yang lebih luas selaku ruang shalat, sementara lantai dua yang lebih kecil berfungsi selaku tempat mengumandangkan azan. Di atas bangunan lantai dua itu duduk bangunan empat persegi yang lebih kecil dan ialah puncak kerucut dari keseluruhan bangunan Masjid Agung. Puncak kerucut itu merupakan kubah bagi lazimnya versi masjid di Tanai Air.
Struktur bangunan masjid yang belum pernah diganti semenjak diresmikan adalah fondasi dan bangunan dinding yang bahannya memakai batuan kapur dengan spesimen pasir dan kapur. Ukuran masjid juga masih tetap mirip aslinya, 20,6 meter x 19,4 meter. Menariknya masjid ini tidak mempunyai menara dan justru memiliki tiang bendera yang sangat tinggi.
Masjid Agung Keraton Buton pertama kali diresmikan pada tahun 1538 M. Tidak lama berselang, masjid ini terbakar balasan perang kerabat yang terjadi di Kesultanan Buton dalam kudeta. Pembangunan masjid tersebut gres dimulai lagi pada tahun 1712 M dengan lokasi yang tidak begitu jauh dari wilayah semula pada masa pemerintahan Sultan Zakiyuddin Darul Alam (La Ngkariyri, Sultan Buton XIX).
Pilboks TVRI Kemdari |
Pilboks TVRI berada di pinggir jalan Jenderal Ahmad Yani, atau di depan kantor TVRI Kendari, yang secara administratif tergolong dalam Kecamatan Baruga. Pilboks ini dalam keadaan tidak terawat. Pilboks berupa silinder ini berdenah bundar dengan dimensi sebagai berikut: garis tengah 2,43 m, lingkar 7,70 m, tebal 33 cm, sedangkan ketinggian dan beberapa dimensi pilboks tidak dimengerti alasannya tertimbun tanah dan akar pohon besar.
Bagian pilboks yang tersingkap di permukaan tanah hanya 50 %. Pintu masuk berada di sisi selatan, sedangkan lubang intai berada di segi timur maritim dan timur.
Jumlah lubang intai 2 dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi 28 cm, dan ketebalan 33 cm. Ukuran pintu masuk serta tinggi ruang dalam pilboks tidak dapat dimengerti karena tertimbun. Bahan baku pilboks ini ialah semen, besi, dan kerikil. Di bagian atap terdapat 3 lubang angin, masing-masing diameternya 5 cm. Topografi tanah di sebelah timur dan timur maritim [arah lubang pengintaian] lebih rendah dan menurun.
Pilboks dibangun antara tahun 1942--1945 sebagai bangunan pertahanan sewaktu Jepang berkuasa atas kepulauan Indonesia.
Rumah Controleur Belanda 1 [Dokumentasi Sudarso for ZONASULTRA.COM] |
Bekas rumah Contoleur Belanda ini berada di lereng bukit di tempat kota lama Kendari yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Sekarang, rumah ini menjadi rumah dinas Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tenggara.
Secara fisik, beberapa komponen bangunan lama mirip separuh dinding belahan depan dan samping masih dipertahankan namun diubahsuaikan dengan bangunan gaya modern. Sepintas, tidak terlihat lagi ciri arsitektur lama pada bangunan ini.
Secara historis, Controleur Belanda yang dahulu menghuni rumah ini bertugas selaku kepala pemerintahan Onderafdeeling Kendari, di bawah Afdeeling Buton.
Rumah ini menghadap ke Timur atau ke maritim. Di halaman sudut Tenggara, terdapat meriam dengan keadaan kurang terawat. Meriam ini berukuran panjang 227 cm, diameter pangkal 38 cm, diameter ujung 18 cm dan lubang meriam berukuran 10 cm.
Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda. (Dokumentasi Sudarso for zonasultra.com) |
Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda merupakan bekas rumah jabatan Komandan Tentara Belanda yang berada di Jalan Lakidende, tergolong wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari. Bangunan ini berada sekitar 60 meter dari bekas rumah controleur Belanda. Bekas rumah jabatan Komandan Tentara Belanda ini berada diwilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari
Sekarang, bangunan ini difungsikan selaku rumah Dinas Angkatan Darat Korem 143/HO dan sudah mengalami renovasi pada tahun 2005. Di sebelah barat terdapat satu bunker. Dinding luar rumah dicat warna kuning, sedangkan daun pintu dan kuseng jendela dicat warna coklat.
Terowongan 1 |
Lebar terowongan bagian dalam tidak merata, antara 2,4 meter sampai 2,7 meter. Depan ekspresi terowongan ialah areal pemukiman penduduk. Terowongan ini berada pada lereng bukit. Bukit tersebut merupakan endapan Kala Miosen yang dibuktikan oleh kedatangan fosil-fosil kerang bahari.
Terowongan 2. (Dokumentasi Sudarso for zonasultra.com) |
Terowongan 2 merupakan terowongan yang berada di Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga. Menghadap ke barat daya, terowongan ini mempunyai panjang 29 meter, lebar ekspresi 2,4 meter dan tinggi beragam antara 2 meter hingga 2,3 meter. Lebar terowongan bagian dalam tidak merata, antara 2,2 meter hingga 2,6 meter. Terowongan ini berada pada lereng bukit yang serupa dengan Terowongan 1.
Waterreservoir-Anno 1928 atau Bangunan PDAM lama [Sumber: kemdikbud.go.id] |
Secara administratif bangunan PDAM berlokasi di Kampung Jati, Kelurahan Jati Mekar, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.
Bangunan ini terdiri atas dua unit yakni bangunan mesin pengolah dan bangunan menara penampung. Struktur bangunan yaitu tembok beton, bab depan bangunan menggunakan atap seng, sedangkan bangunan induk atapnya yang dibuat dari beton.
Tulisan Waterreservoir Anno 1928 pada salah satu bangunan dari tiga bangunan di lokasi ini, membuktikan periode pembangunan dan penggunaan bangunan ini selaku tempat penampungan dan distribusi air.
Ketiga unsur bangunan ini berisikan komponen pertama berupa bangunan yang berisi instalasi pipa untuk pengambilan air. Komponen bangunan kedua yakni bak penampungan, dan penggalan ketiga yaitu bangunan pembuatan dan pendistribusian air.
Dimensi bangunan pertama dengan pengambilan ukuran dari bagian luar yakni panjang 4,44 m, lebar 5,1 m, dan tinggi 3,1 m, dengan ketebalan dinding 47 cm. Sedangkan bab dalam ruangan berskala panjang 3,5 m, lebar 4 m. Pintu berada di bagian selatan, dengan daun pintu berupa terali besi, berukuran tinggi 1,94 m dan lebar 1,1 m.
Di dinding, ada dua lubang angin, satu di dinding timur dan satu lagi di dinding barat. Bangunan ini berisi dua instalasi pipa, satu instalasi untuk pengambilan air dari sumber mata air ke kolam penampungan, dan satu lagi untuk mengeluarkan air dari kolam penampungan yang berada di bab luar segi utara bangunan pertama.
Dimensi bangunan kedua merupakan ukuran dari utara ke selatan sepanjang 9,3 m, dan dari timur ke barat adalah 11,6 m. Di bagian atap kolam terdapat lubang kendali berukuran 1 X 1 m, untuk mengenali air dalam kolam. Bak penampungan air ini berada di utara bangunan pertama. Instalasi pipa untuk memasukkan dan mengeluarkan air berada di dinding sebelah selatan. Dimensi bangunan ketiga yakni panjang 5,5 m, lebar 10,2 dengan tinggi 3,6 m.
Di belakang/utara bangunan ketiga terdapat instalasi pipa dan satu kran besar yang dikuatkan oleh satu struktur campuran semen dan pasir. Instalasi air ini berfungsi mendistribusikan air ke beberapa arah. Semua pipa yang digunakan merupakan pipa besi. Bangunan ketiga berada di sebelah barat kolam pempungan air dengan jarak 4,5 m.
Sumber:
- https://zonasultra.com/inilah-peninggalan-jepang-dan-belanda-yang-tersembunyi-di-kota-kendari-2.html
- https://penasultra.com/amp/lima-peninggalan-sejarah-jepang-dan-belanda-ada-di-kendari/
- https://www.idntimes.com/travel/destination/brahm-1/5-destinasi-wisata-sejarah-di-pulau-buton-c1c2/5
- https://spkt.kemdikbud.go.id/bangunan-pdam-kota-usang
Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Gorontalo
Gorontalo yakni provinsi di Indonesia yang lahir pada tanggal 5 Desember 2000 dan memiliki ibu kota provinsi berjulukan sama yakni, Kota Gorontalo. Sama halnya dengan ibu kotanya, Provinsi Gorontalo populer dengan julukan "Serambi Madinah". Provinsi Gorontalo terletak pada Semenanjung Gorontalo di Pulau Sulawesi, tepatnya di belahan barat dari Provinsi Sulawesi Utara.
Pencarian Google: peninggalan bersejarah yang terdapat di provinsi gorontalo, deskripsikan salah satu bangunan bersejarah, sebutkan bangunan bersejarah yang ada di gorontalo, deskripsikan salah satu bangunan bersejarah yang ada di kawasan gorontalo, peninggalan kerajaan gorontalo brainly, peninggalan-peninggalan kerajaan islam di gorontalo, sebutkan bangunan bersejarah yang ada di tempat gorontalo, sebutkan peninggalan kesultanan islam di aneka macam daerah tergolong peninggalan islam di gorontalo
Pada era lampau, Gorontalo yakni salah satu tempat yang disinggahi oleh perusahaan dagangan Hindia Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Maka tak heran kalau Gorontalo khususnya Kota Gorontalo memiliki banyak bangunan bau tanah peninggalan kolonial, yang berupa arsitektur indie atau bangunan arsitektur bentuk terapan budaya lokal dan arsitektur Hindia Belanda.
Beberapa bangunan dengan arsitektur penting peninggalan kolonial yang ada di Kota Gorontalo itu sudah ditetapkan selaku cagar budaya. Meski demikian masih banyak bangunan-bangunan bau tanah baik milik saudagar atau masyarakat umumyang tidak ditetapkan selaku cagar budaya.
Terdapat begitu banyak bangunan peninggalan bersejarah di provinsi ini, berikut ini penjelasannya:
Daftar Isi:
- SDN 61 Kota Gorontalo
- Benteng Maas
- Benteng Orange
- Benteng Otanaha
- Kantor Pos Gorontalo
- Masjid Hunto (Masjid Sultan Amay)
- Menara Pakaya Limboto
- Monumen Nani Wartabone
- Museum Pendaratan Pesawat Ampibi Soekarno
- Pemakaman Suci Ju Panggola
- Rumah Adat Bantayo Pomboide
- Rumah Adat Dulohupa
- Situs Taman Purbakala Kota Jin
Dulohupa yakni rumah watak atau rumah tradisional Indonesia yang berasal dari Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara. Penduduk Gorontalo menyebut Dulohupa dengan nama Yiladia Dulohupa Lo Ulipu Hulondhalo. Dulohupa memiliki bentuk rumah panggung dengan tubuh yang dibentuk dari papan dan struktur atapnya bernuansa wilayah Gorontalo. Sebagai lambang dari rumah budpekerti Gorontalo, Dulohupa mempunyai dekorasi berupa pilar-pilar kayu, sedangkan selaku simbol tangga moral atau yang disebut juga dengan Tolitihu, Dulohupa mempunyai dua buah tangga yang masing-masing berada di sebelah kanan dan kiri rumah. Saat ini, Dulohupa dilengkapi dengan taman bunga, bangunan daerah penjualan cendera mata, serta bangunan yang menyimpan kereta kerajaan yang disebut dengan Talanggeda.
Rumah Adat Dulohupa merupakan suatu bangunan balai musyawarah dari kerabat kerajaan. Terbuat dari papan dengan bentuk atap khas tempat tersebut. Pada bagian balakangnya ada anjungan daerah para raja dan kerabat istana beristirahat sambil menyaksikan program sampaumur istana bermain sepak raga. Saat ini rumah budbahasa tersebut berada di tanah seluas + 500m ² dan dilengkapi dengan taman bunga, bangunan tempat penjualan cenderamata, serta bangunan garasi bendi kerajaan yang berjulukan talanggeda. Pada periode pemerintahan para raja, rumah etika ini dipakai selaku ruang pengadilan kerajaan. Bangunan ini terletak di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
Kota Jin ialah salah satu situs taman purbakala yang berada di Desa Kota Jin Utara, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Lokasi ini memiliki batas dengan Laut Sulawesi di serpihan utara, memiliki batas dengan Desa Monggupo dan Pinotoyonga di penggalan selatan, berbatasan dengan Sungai Andagile di bab timur, yang menjadi tapal batas dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara atau sekitar 100 kilometer dari Kota Gorontalo.
Kota Jin merupakan tumpukan kerikil yang mempunyai goa di dalamnya, atau dalam bahasa setempat disebut Ota lo jin. Ota berarti benteng atau istana, sedangkan lo jin yakni miliknya para jin, sehingga Ota lo jin mempunyai arti benteng atau istananya para jin.
Farha Daulima dan Hapri Harun dalam bukunya, Mengenal Situs/Benda Cagar Budaya di Provinsi Gorontalo (2007), mengisahkan bahwa perkampungan Kota Jin semula berbentukdataran yang menyatu dengan lembah suatu pegunungan, dan sebagiannya masih berupa lautan. Pada 1800, ketika lautan itu kering, maka hamparan yang dulunya berbentuklautan bermetamorfosis rawa-rawa yang ditumbuhi semak belukar.
Tahun 1850, mulailah berdatangan orang-orang dari luar tempat untuk membuka ladang dan perkebunan. Kesuburan tanah membuatnya bertambahnya penduduk, sehingga dataran tersebut bermetamorfosis suatu perkampungan.[sumber: Pemandangan Indah]
Dulohupa yakni rumah budbahasa atau rumah tradisional Indonesia yang berasal dari Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara. Penduduk Gorontalo menyebut Dulohupa dengan nama Yiladia Dulohupa Lo Ulipu Hulondhalo. Dulohupa memiliki bentuk rumah panggung dengan tubuh terbuat dari papan dan struktur atapnya bernuansa kawasan Gorontalo. Sebagai lambang dari rumah adat Gorontalo, Dulohupa mempunyai hiasan berbentukpilar-pilar kayu, sedangkan selaku simbol tangga etika atau yang disebut juga dengan Tolitihu, Dulohupa memiliki dua buah tangga yang masing-masing berada di sebelah kanan dan kiri rumah. Saat ini, Dulohupa dilengkapi dengan taman bunga, bangunan tempat pemasaran cendera mata, serta bangunan yang menyimpan kereta kerajaan yang disebut dengan Talanggeda.
Rumah Adat Dulohupa yaitu suatu bangunan balai musyawarah dari saudara kerajaan. Terbuat dari papan dengan bentuk atap khas kawasan tersebut. Pada bagian balakangnya ada anjungan daerah para raja dan kerabat istana beristirahat sambil menyaksikan kegiatan cukup umur istana bermain sepak raga. Saat ini rumah budpekerti tersebut berada di tanah seluas + 500m ² dan dilengkapi dengan taman bunga, bangunan tempat penjualan cenderamata, serta bangunan garasi bendi kerajaan yang berjulukan talanggeda. Pada periode pemerintahan para raja, rumah budpekerti ini dipakai sebagai ruang pengadilan kerajaan. Bangunan ini terletak di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku
Maluku merupakan suatu provinsi yang meliputi penggalan selatan Kepulauan Maluku, Indonesia. Provinsi ini berbatasan dengan Laut Seram di utara, Samudra Hindia dan Laut Arafura di selatan, Papua di timur, dan Sulawesi di barat. Ibu kota dan kota terbesarnya ialah Ambon.
daerah bersejarah di maluku, sebutkan 5 benteng bersejarah di maluku, bangunan peninggalan spanyol di indonesia, benteng portugis di maluku, benteng pertahanan belanda di maluku, peninggalan portugis di ternate, apa saja peninggalan sejarah kerajaan ternate, benteng yang ada di ambon
Budaya prasejarah Maluku dimulai oleh budaya Batu Tua. Kebudayaan dilanjutkan oleh kebudayaan Batu Baru dengan budaya bercocok tanam, seiring ditemukannya kapak dan cangkul, yang menjadi dasar kemajuan kebudayaan Maluku sampai ketika ini. Selanjutnya, kebudayaan perunggu dan besi.
- Army Dock dan Navi Base
- Benteng Batu Gong Pillbox
- Benteng Amsterdam
- Benteng Belgica
- Benteng Beverwijk
- Benteng Calombo
- Benteng Concordia
- Benteng De Morgenster
- Benteng Duurstede
- Benteng Haarlem
- Benteng Harderwijk
- Benteng Hollandia (Saparuan)
- Benteng Hoorn
- Benteng Kapahaha
- Benteng Kampung Baru
- Benteng Kayeli
- Benteng Kota (Kijk In Den Pot)
- Benteng Lakui
- Benteng Nasau
- Benteng Nieuw Victoria
- Benteng Nieuw Zeelandia
- Benteng Hectoria
- Benteng Ouw
- Benteng Passo / Benteng Middelburg
- Benteng Piru
- Benteng Revengie
- Benteng Seith
- Benteng Titaley
- Benteng Wantrouw
- Museum Tank Amfibi
- Museum Trikora
- Morotai Wreck
- Pulau Zum-Zum
- Rumah Pengasingan Bung Hatta
- Taman Makam Persemakmuran
- Taman Pattimura
Banda Naira] |
Pada tahun 2008, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memutuskan bangunan Rumah Pengasingan Bung Hatta selaku Cagar Budaya dari provinsi Maluku dengan SK Menteri Nomor PM.31/PW.007/MKP/2008. Sampai dikala ini, bangunan bercat putih yang berlokasi di jalan dr. Rehatta di tempat Nusantara ini sudah menjadi museum sebagai objek wisata sejarah utama di Banda Neira.
Rumah utama dari rumah pengasingan ini memiliki suatu selasar depan seluas 29,25 m² dan selasar belakang seluas 42,25 m², suatu ruang tamu seluas 36 m², sebuah ruang makan seluas 17,6 m², dan tiga ruang tidur yang masing-masing luas berisikan 22,5 m², 19,8 m², dan 19,8 m². Atap bangunan ini masih berbentukatap seng berupa perisai kuda-kuda dari kayu dengan plafon berbentukpapan kayu yang ditahan oleh balok kayu. Lantai bangunan ini masih berupa ubin terakota berwarna merah bata dengan ukuran bermacam-macam. Di bangunan inilah terdapat barang-barang peninggalan Bung Hatta seperti, kacamata, meja kerja, mesin tik, dingklik santai, dan lemari berisi sepatu dan busana Beliau.
Bangunan ini mempunyai atap seng berupa perisai kuda-kuda dari kayu dengan plafon berupa papan kayu yang ditahan oleh balok kayu. Lantainya masih sama dengan lantai rumah utama yaitu berupa ubin terakota berwarna merah bata dengan ukuran bermacam-macam. Dua ruangan depan lantainya terbuat dari watu alam berwarna bubuk-debu sedangkan dua ruangan belakang lantainya yang dibikin dari semen polos berwarna bubuk-bubuk.
Di bangunan inilah Bung Hatta dan Bung Sjahrir membuka sekolah sore bagi belum cukup umur di Banda Neira. Untuk pecahan bangunan sama persis seperti rumah utama tetapi yang membedakan ialah adanya gugusan bangku dan papan tulis sebagai daerah mengajar serta tempayan besar berisi air untuk minum.
Thomas Matulessy yang mempunyai gelar Kapitan atau panglima perang, untuk menggantikan patung lama yang telah dipindahkan pada tempat sekitar Museum Siwalima. |
Patung gres ini yang dibikin dari materi perunggu dan mempunyai setinggi sekitar tujuh meter serta memilki berat sekitar kurang lebih empat ton. Patung ini dibuat oleh seorang pematung yang berjulukan Risdian Rachmadi dan patung dilaksanakan di kota Bandung. Monumen yang satu ini memang sengaja dibentuk untuk mengenang tanggal 15 Mei 1817 yang juga ialah awal awalnya perlawanan satria Pattimura dikala melawan bangsa Belanda.
Di tempat ini juga ada jenazah Pattimura yang ditaruh setelah dihukum dengan cara digantung pada tahun 1817. Untuk menemukan taman yang satu ini memanglah tidak sulit alasannya taman ini letaknya cuma diapit oleh Kantor Walikota Ambon, dan juga Gereja Nasrani Protestan Maranatha, serta Gong Perdamaian Dunia di sekitar persimpangan Slamet Riyadi, pada Jalan Imam Bonjol dan juga Jalan Pattimura.
D dalam Taman Pattimura ini juga terdapat miniature gitar dan speaker untuk mengumandangkan lagu-lagu, juga terdapat air mancur menari dengan warna yang berubah-ganti sesuai irama lagu.
Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Maluku Utara
Maluku Utara (disingkat Malut) merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, lewat UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi suatu provinsi, Maluku Utara merupakan cuilan dari Provinsi Maluku, merupakan Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.
Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribu kota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya hingga dengan 4 Agustus 2010, sesudah 11 tahun kurun transisi dan antisipasi infrastruktur, ibu kota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke kelurahan Sofifi, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.
Daerah ini pada mulanya yaitu bekas wilayah empat kerajaan Islam paling besar di kepingan timur Nusantara yang diketahui dengan istilah Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku), sultan Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja–raja Maluku lainnya untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini lalu dimengerti selaku Persekutan Moti atau Motir Verbond.
Portugis merupakan bangsa eropa pertama yang datang ke Kepulauan Maluku yakni di banda pada tahun 1511, dan hingga di Ternate pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah tahun 1512 dibawah pimpinan Francisco Serrão. Mereka membangun suatu benteng di Ternate pada tahun 1522 dan selesai pada tahun 1523. Benteng ini ialah benteng kolonial pertama di Kepulauan Maluku yang diberi nama São João Batista (Benteng Kastela).
Spanyol tiba di Tidore pada tanggal 6 November 1521 dipimpin oleh Juan Sebastián Elcano dengan kapal Trinidad dan Victoria. Kedatangan Spanyol disambut oleh Sultan Tidore pada saat itu Sultan Al-Mansur.
Kekaisaran Jepang menginvasi Maluku pada permulaan tahun 1942 selaku bab dari Kampanye Perang Dunia II Hindia-Belanda, mengusir Belanda dari daerah tersebut. Halmahera menjadi situs pangkalan angkatan bahari Jepang di Teluk Kao. 2 tahun kemudian, pasukan AS dan sekutu mereka melancarkan Pertempuran Morotai pada tahun 1944.
Daftar isi:
- Air Kaca
- Benteng De Verwacthing
- Benteng Kalamata
- Benteng Kastela
- Benteng Kota Janji
- Benteng Oranye
- Benteng Tahula
- Benteng Tolukko
- Benteng Tore
- Kedaton Sultan Bacan
- Kedaton Sultan Ternate
- Landasan Pitu
- Makam Sultan Babullah
- Masjid Sultan Bacan
- Masjid Sultan Ternate
- Masjid Wapeue
- Museum Perang Dunia II
- Monumen Teuro Nakamura
Benteng De Verwachting |
Benteng Kalamata |
Benteng Kastela |
Benteng Kota Janji [Kemdikbud] |
Benteng Oranje / Oranye |
Benteng Oranje yaitu benteng peninggalan Belanda tang terletak di Pulau Ternate. Benteng Oranje diresmikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge dan diberi nama Benteng Oranje oleh Francois Wiltlentt pada tahun 1609 pada kurun Pemerintahan Sultan Mudaffar.
Benteng oranje ini semula berasal dari bekas sebuah benteng renta yang dibangun oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga dberi nama Benteng Melayu. Terletak di pusat Kota Ternate tepatnya di Kelurahan Gamalama yang beralamat di Jalan Hasan Boesoeri, Ternate Tengah, Ternate, Maluku Utara. Dengan letak yang strategis tersebut menimbulkan benteng ini makin gampang untuk dikunjungi para turis.
Benteng Tolukko terletak di Ternate, Maluku Utara, di bangun oleh Portugis pada tahun 1540 dan kemudian diperbaiki oleh Belanda pada tahun 1610 dan terakhir oleh pemerintah Indonesia. Benteng Tolukko yakni benteng peninggalan Portugis yang berada di Kelurahan Sangadji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Benteng Tolukko dibangun oleh seorang panglima Portugis yang berjulukan Fransisco Serao, pada tahun 1540. Benteng ini dibangun Portugis sebagai pertahanannya dalam menguasai cengkih dan juga menguasai dominasinya di antara bangsa Eropa yang lain. Benteng ini diambil alih oleh Belanda pada tahun 1610 dan direnovasi oleh Pieter Both. Pada tahun 1864, oleh Residen P. van der Crab, benteng Tolukko dikosongkan alasannya ialah sebagian bangunannya telah rusak. Pemerintah Republik Indonesia memugar benteng ini pada tahun 1996-1997.
Benteng Torre terletak di Soa Sio Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Benteng ini dibangun tahun 1578 oleh Portugis atas perintah Sancho de Vasconcelos yang mendapatkan ijin dari Sultan Gapi Baguna tanggal 6 Januari 1578. Nama benteng “Torre” kemungkinan berafiliasi dengan nama Kapten Portugis pada ketika itu yakni Hernando De La Torre.
Benteng ini dipakai untuk menyaksikan kapal-kapal yang hendak menyerang markas Portugis pada waktu itu alasannya adalah letaknya berdekatan dengan Kedaton Kie Kerajaan Tidore. Benteng ini juga merupakan saksi kejayaan Kerajaan Tidore pada dikala itu. Pulau Tidore merupakan salah satu pulau penghasil rempah-rempah pada beberapa periode kemudian.
Untuk menuju Benteng Tore, pengunjung mesti menuju Ternate apalagi dulu pastinya. Sebab Tidore belum memiliki bandara sendiri. Dari Bandara Sultan Baabullah, Ternate, menuju ke Pelabuhan Rum pulau Tidore menggunakan speedboat maupun kapal Ferry. Dan sesampainya di Pelabuhan Rum, disambung dengan Becak Motor atau Mikrolet menuju Benteng Torre.
Pada tahun 2003 Kedaton ini sempat direnovasi dengan mengubah belahan atap rumahnya. Warna kuning yang mendominasi kedaton ini melambangkan kesultanan.
Kedaton ini juga menjadi tempat untuk menyimpan barang-barang peninggalan yang masih bisa diselamatkan dari kedaton aslinya yang hancur terbakar selama Perang dunia II. Benda peninggalan tersebut antara lain mahkota, keris, beserta payung. Mahkota yang disebut Lakare ini terbuat dari kain beludru dengan hiasan watu-kerikil mulia asli. Mahkota ini merupakan pesona yang sungguh besar bagi hadirin kedaton ini.
Kedaton Sultan Ternate dibangun pada 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali dengan luas bangunan 1500 meter kuadrat di tanah seluas 1,5 hektar. Museum ini dibangun oleh seorang arsitektur dari Tiongkok. Sejak tahun 1981, pengelolaan bangunan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, walaupun dalam kesehariannya masih dipakai selaku kediaman sultan.
Kini Kedaton Sultan Ternate menjadi sebuah Museum dengan nama Museum Kedaton Sultan Ternate yang didirikan oleh Menteri Kebudayaan pada tahun 1982.
Museum Kedaton Sultan Ternate berbentuk sisi delapan yang mirip seekor singa yang sedang duduk dengan kedua kaki depannya menghadap ke maritim dan gunung Gamalama selaku latar belakangnya. Museum ini mempunyai koleksi benda geologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, filologi, teknologi, seni rupa, dan keramik.
Di museum ini terdapat peninggalan Kesultanan Ternate dan Eropa. Peninggalan kesutanan ternate misalnya berbentukmahkota, singgasana yang berwarna emas, perlengkapan perang, perlengkapan upacara etika dan upacara kesultanan dan Al-Alquran tulisan tangan. Mahota peninggalan Kesultanan Ternate tersebut memiliki rambut yang tumbuh setiap dikala mirip rambut insan. Untuk memangkas rambut yang berkembang tersebut, diadakan upacara ritual istampa setiap hari raya Idul Adha. Mahkota tersebut diperkirakan sudah berumur 500 tahun semenjak sultan Ternate yang pertama berkuasa.
Pulau Morotai merupakan pulau kecil terpencil di Provinsi Maluku Utara. Meski kecil, hanya seluas 1.800 kilometer persegi. dari Pulau inilah Jepang dilumpuhkan pasukan Sekutu. Pulau Morotai mempunyai tugas penting dalam sejarah Perang Dunia II. Di sana terdapat tujuh landasan pesawat, Pitu Street, sebagai saksi sejarah yang digunakan Amerika Serikat untuk pendaratan pesawat tempur.
Landasan Pitu merupakan sebuah Landasan pesawat peninggalan Tentara Jepang yang dibangun pada tanggal 17 Oktober 1944. Terdapat 7 landasan terbang di tempat ini, tetapi salah satunya telah dioperasionalkan selaku Bandara Udara Pitu Pulau Morotai. Landasan Pitu berada di Wawama yang berdekatan dengan Kota Daruba.
Makam Sultan Babullah yang berada di Kelurahan Foramadiahi, Kecamatan Ternate Pulau, Ternate, Maluku Utara.
Sultan Baabullah (10 Februari 1528 (?) – Juli 1583) atau Babullah, juga dimengerti selaku Baab atau Babu dalam sumber Eropa, merupakan sultan ke-7 dan penguasa ke-24 Kesultanan Ternate di maluku utara yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Ia dianggap selaku Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku alasannya adalah keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari Ternate dan menenteng kesultanan tersebut terhadap puncak kejayaannya di final periode ke-16. Sultan Baabullah juga dimengerti dengan gelar "Penguasa 72 Pulau", menurut wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, yang meliputi sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe dan sebagian dari Sulawesi. Pengaruh Ternate pada kala kepemimpinannya bahkan bisa menjangkau Solor (Lamaholot), Bima (Sumbawa bab timur), Mindanao, dan Raja Ampat. Peran Maluku dalam jaringan niaga Asia berkembangsecara signifikan lantaran perdagangan bebas hasil rempah dan hutan Maluku pada kurun pemerintahannya.
Masjid Sultan Bacan dibangun dikala Kesultanan Bacan dipegang oleh Sultan Usman Syah tamat kurun 18. Dia membangun sekembalinya dari berguru dengan Syeh Soleman Asyamadani, seorang ulama asal Jawa yang dibuang ke Ambon.
Masjid Kesultanan Bacan merupakan bab dari Kedaton Kesultanan Bacan yang dipakai selaku sentra ibadah dan pusat kebudayaan Islam di Pulau Bacan. Masjid ini terletak di Kelurahan Amasing Kota RT.03 RW.07, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Masjid ini berada di tengah-tengah pemukiman yang terdapat di Kota Labuha. Kurang lebih 100 m ke arah barat dari Kedaton Sultan Bacan.
Ada beberapa pertimbangan penanggalan Masehi pendirian Masjid Kesultanan Bacan. Ada yang menyampaikan bahwa masjid ini diresmikan semasa pemerintahan Sultan Usman Syah pada tamat periode 18 sehabis sultan mencar ilmu terhadap Syekh Sulaiman As Samadani, seorang ulama asal Jawa yang diasingkan ke Ambon. Sedangkan, pada Direktori Masjid Bersejarah (2008) disebutkan bahwa masjid ini dibangun sekitar tahun 1901 yang diarsiteki oleh Cronik van Hendrik, seorang arsitek dari Jerman, pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Sadek.
Terlepas dari perbedaan itu, masyarakat Labuha meyakini bahwa masjid tersebut telah berumur ratusan tahun. Masjid berdenah persegi ini mempunyai atap limasan bersusun dua yang berdiri di atas lahan seluas 6.020 m². Pada kubah limas paling atas terdapat kaligrafi di setiap sisinya. Pada salah satu terasnya, terdapat suatu bedug bercat hijau yang memiliki diameter 1 m dengan panjang 1,5 m, sedangkan pada bab belakang masjid terdapat kompleks pemakaman kuno keluarga serta saudara dari Kesultanan Bacan.
Masjid Kesultanan Bacan ini tidak dikelilingi pagar, akan tetapi dekat masjid dari tiga arah susukan ke lingkungan masjid tersebut terdapat pintu gapura beratap gua susun sebagai gerbang menuju lingkungan masjid tersebut.
Bangunan Peninggalan Bersejarah Di Provinsi Papua
Papua yakni provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bab paling timur tempat Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya berjulukan Irian Jaya yang meliputi seluruh wilayah Pulau Papua. Sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi, dengan bab timur tetap memakai nama Papua sedangkan pecahan baratnya menggunakan nama Papua Barat (Pabar). Provinsi Papua mempunyai luas 316.553,07 km2 dan merupakan provinsi terbesar dan paling luas pertama di Indonesia.
Sudah semenjak lama kawasan Papua sering disinggahi para penjelajah gila, beberapa ia antara mereka berniaga untuk mendapatkan rempah-rempah orisinil Papua. Bangsa Tiongkok berniaga ke Papua sekitar final tahun 500 M, oleh bangsa Tiongkok Papua diberi nama Tungki.
Melihat keberhasilan pedangang asal China, di awal tahun 700 M, pedagang Persia dan Gujarat mulai berdatangan ke Papua, juga tergolong penjualdari India. Tujuan mereka untuk mencari rempah-rempah. Para pedagang ini sebut nama Papua dengan Dwi Panta dan Samudranta, yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan.
Pada kala ke-14, kepulauan Papua dikuasai oleh Kerajaan Tidore, dan baru pada kala ke-16, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore mempunyai daerah dari Sulawesi dan Papua. Nama Papua sendiri berasal dari kata Papa-Ua, yakni penamaannya oleh Kerajaan Tidore, dimana dalam bahasa Tidore, itu memiliki arti tidak bergabung atau tidak bersatu, yang artinya di pulau ini tidak ada raja yang memerintah.
Semakin dikenalnya negeri Papua oleh orang luar menciptakan masuknya para penjualdari Eropa ke Nusantara yang mengakibatkan permulaan kolonialismenya.
Beberapa persepsi berlainan menerangkan bagaimana pertama kali Islam masuk dan menyebar di tanah Papua. Syiar Islam di negeri Mutiara Hitam mulanya tersebar di daerah Papua Barat. Masyarakat di sana meyakini, Islam lebih dulu tersebar dibandingkan agama lain.
Bukti penyebaran Islam di tanah Papua yaitu berdirinya masjid bersejarah. Terdapat tiga masjid bersejarah di sana.
Daftar Isi:
1.1. Bukit Srobu
1.2. Goa Skouw
1.3. Tugu Peringatan Pendaratan Tentara Sekutu pada Perang Dunia II
1.4. Goa Mher
2. Kab. Jayapura
2.1. Tugu Mac Arthur
2.2. Situs Megalitik Tutari Doyo Lama
2.3. Bekas Tangki Minyak pada Perang Dunia II
2.4. Gereja Tua Asei
3. Kab. Merauke
3.1. Gedung Bekas Kantor Pos
3.2. Gedung Bekas Kantor Residen
4. Kab. Boven Digoel
4.1. Bekas Penjara Boven Digoel
5.1. Goa Binsari
5.2. Kuburan Tua Padwa
6. Kab. Jayawijaya
6.1. Goa Kontilola
Gambar di permukaan watu di Situs Megalit Tutari Doyo Lama. (sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/) |
Monumen Pendaratan Tentara Jepang berlokasi di Kampung Kwase Distrik Nimboran. Monumen ini di bangkit untuk memperingati gugurnya tentara jepang di daerah ini yang dulunya dikubur massal oleh penduduk . Hampir tiap tahun turis Jepang datang ketempat ini untuk berziarah, pernah ada planning dari saudara mereka di Jepang untuk mengambil sisa-sisa jasad kerabat mereka dan di bawa ke negara asal namun senantiasa di pertahankan oleh penduduk sekitar dikarenakan telah menjadi potongan sejarah penduduk Nimboran. Untuk meraih monumen ini bisa memakai perjalanan darat selama -/+ 2 jam dari Bandara Sentani.
Bagian depan gedung bekas kantor pos 1920 (Sumber: Kemdikbud) |
Bekas Penjara Boven Digoel
- https://papua.go.id/view-rincian-page-7/situs-peninggalan-sejarah.html
- https://disbudpar.jayapurakab.go.id/peninggalan-sejarah-di-kabupaten-jayapura/
Popular
Category
- Dawn Sears
- Jasa Edit Video
- Jasa Intro Video
- Jasa Pembuatan Opening Video
- Jasa Pembuatan Video Bumper
- Loker BUMN
- Loker Cpns
- Lowongan Kerja Admin
- Lowongan Kerja Akutansi
- Lowongan Kerja Apoteker
- Lowongan Kerja Audit
- Lowongan Kerja Bidan dan Perawat
- Lowongan Kerja BUMN Lampung
- Lowongan Kerja CPNS Lampung
- Lowongan Kerja CS dan Kasir
- Lowongan Kerja Desain Grafis
- Lowongan Kerja Dokter
- Lowongan Kerja Fotografer
- Lowongan Kerja Guru dan Dosen
- Lowongan Kerja IT dan Web
- Lowongan Kerja Koki
- Lowongan Kerja Kolektor
- Lowongan Kerja Lampung
- Lowongan Kerja Manager
- Lowongan Kerja Mekanik
- Lowongan Kerja Office Boy
- Lowongan Kerja Pramugari
- Lowongan Kerja Presenter
- Lowongan Kerja Reporter
- Lowongan Kerja Sales Marketing
- Lowongan Kerja Satpam
- Lowongan Kerja Sopir atau Driver
- Lowongan Kerja SPG dan SPB
- Lowongan Kerja Supervisor
- Lowongan Kerja Surveyor
- Lowongan Kerja Teknisi
- Lowongan Kerja Waiters