Friday 29 October 2021

Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi Tenggara (Sultra)

Sulawesi Tenggara (disingkat Sultra) merupakan suatu provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di penggalan selatan garis khatulistiwa.

tempat bersejarah di sulawesi tenggara, peninggalan sejarah di kota kendari, kerajaan sulawesi tenggara, peninggalan sejarah sulawesi barat, tempat bersejarah di buton, benda benda artefak yang ada di kota kendari

Sulawesi Tenggara pada masa lalu sama dengandaerah tempat lainnya di Indonesia ialah menderita penjajahan oleh Belanda, jepang. Maka dari itu banyak peninggalan bersejarah utamanya bangunan di kala penjajahan tersebut. Berikut ini kami rangkum beberapa Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra).

Daftar isi

  1. Baterai Mata
  2. Batu Popaua
  3. Benteng Baadia
  4. Benteng Keraton Buton
  5. Benteng Liya Togo
  6. Bunker Perumahan Korem
  7. Chineese School
  8. Goa Liang Kobori
  9. Goa Liang Metanduno
  10. Istana Sultan Buton / Malige
  11. Kantor Klasis/Internat [Rumah Pendeta]
  12. Masjid Keraton Buton
  13. Pilboks TVRI
  14. Rumah Controleur Belanda 1
  15. Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda
  16. Terowongan 1
  17. Terowongan 2
  18. Waterreservoir-Anno 1928 (Bangunan PDAM)


1. Baterai Mata

Zona Sultra]

Bunker Perumahan Korem yaitu suatu daerah bantuan di bawah tanah, ketika perang daerah ini digunakan serdadu untuk berlindung dari sewrangan musuh. Nama Bunker Perumahan Korem diberikan pada bunker ini sebab letaknya di halaman bekas rumah jabatan Danrem 143/HO. Sebagian konstruksi bunker tidak terlihat lagi sebab tertimbun dalam tanah. Tinggi bunker 152 cm dengan lebar 185 cm.

Bagian lantai dalam juga tidak mampu diamati yang tampaknya menurun ke dalam. Menurut Ansar (66 tahun), ruangan bunker mempunyai cabang dan salah satunya tembus ke lubang tanah di belakang rumah controleur Belanda yang kini menjadi rumah jabatan wakil ketua DPRD Sulawesi Tenggara. Bunker ini berada pada segi timur lereng bukit di jalan Lakidende.


7. Chineese School

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Chineese School di Kendari [sumber: Zona Sultra]

Chineese School yakni salah satu bangunan bersejarah peninggalan penjajahan Belanda di Kendari. Bangunan sekolah ini berada di sudut pertigaan jalan Martadinata No.1 yang secara administratif masuk dalam kawasan Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.

Sekarang bangunannya difungsikan selaku gedung Akademi Teknik Kendari (ATK). Dahulu, sekolah ini berjulukan Sekolah China (Chineese School) yang dibangun pada periode pemerintahan Belanda.

Bangunan ini mempunyai ukuran panjang 27 m, lebar 16,5 m, dan tinggi platfom 4 m. Bahan pembentuk bangunan ini yaitu kayu, semen, kapur, pasir, batu bata, kaca, terali besi, dan seng.

Bangunan ini tidak memakai rangka besi, melainkan balok kayu besar. Denah bangunan persegi empat panjang, dan dinding luar bangunan dicat warna merah muda. Pada bab depan, terdapat pintu masuk dengan dua daun pintu berpasangan. Bagian depan bangunan bertingkat dua, sedangkan cuilan belakang cuma satu tingkat dengan atap terpisah.

Ruangan tingkat I dilengkapi satu pintu utama di bab depan dan satu pintu samping. Sekarang, ada 9 ruangan di lantai I yang difungsikan selaku ruang kelas. Akses menuju tingkat II ialah tangga kayu yang setengah rapat di dinding utara.

Tingkat II cuma berukuran 8 m panjang dan lebar 16,5 m, dengan lantai dari balok kayu dan papan. Ada panjang dan lebar 16,5 m, dengan lantai dari balok kayu dan papan. Ada 4 ruangan. Tingkat II dilengkapi pagar yang berisikan pion-pion beton setinggi 50 cm di depan teras. [sumber: Zona Sultra]


8. Goa Liang Kobori

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Liang kobori

Liang kobori merupakan salah satu gua alam yang berada di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Gua ini sekarang menjadi situs purbakala yang dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah selain itu gua ini pun menjadi daerah pariwisata dan pengamatan kepurbakalaan.

Gua ini terkenal sebab adanya ornament-ornament yang berupa lukisan yang terdapat pada dinding gua. Lukisan-lukisan ini merupakan salah satu lukisan yang dibikin oleh para manusia purba.

Gua ini merupakan salah satu gua alam yang mempunyai ornament di dalamnya, yang berbentuklukisan hasil karya insan purba, selain gua serupa yang terdapat di didaerah yang lain di Indonesia atau gua serupa yang berada di mancanegara mirip di Prancis dan Spanyol.

Gua ini merupakan sebuah gua alam yang diteliti pertama kali oleh seorang sejarawan berjulukan Kosasih S.A. pada tahun 1977.

Gua ini terletak kurang lebih 10 km dari pusat kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu, tepatnya diperbatasan antara Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan Lohia. Untuk mencapainya, kita dapat menggunakan kendaraan Umum ataupun kendaran pribadi selama kurang lebih 1 Jam perjalan. Tetapi untuk mencapai bibir gua tidak semudah yang dikira, kita perlu memasuki lorong lagi sejauh ± 2-3 Km dengan jalan masuk jalan yang kurang memadai, tetapi kita akan tetap terpukau dengan keindahan alam disekitar terusan.

Ketika memasuki bibir gua, kita akan melihat sebuah gua alam yang membentang dengan tinggi bevariasi antar 2-5 m dan lebar sekitar 30 m . selain ornament-pernak-pernik berupa lukisan kita mampu menyaksikan banyak sekali struktur geologi pada gua ini contohnya saja stalaktit yang berada pada bab atas dan stalakmit yang berada pada bagian bawah, yang bila keduanya sudah bertemu maka akan membetuk tiang watu.

Gua berikut yang kita mampu jumpai yakni gua utama yakni gua liag kobori. Sesuai namanya yakni liang kobori yang jika kita artikan kedalam Bahasa Indonesia berari gua bertulis, di dalam gua ini kita akan menemukan banyak sekali macam lukisan yang dibuat oleh para insan prasejarah. lukisan lukisan pada dinding gua ini hingga saat ini masih menyimpan misteri perihal kehidupan prasejarah penduduk muna yang tergores pada 130 an situs aneka tabrakan berwarna merah pada dinding gua bab dalam. Lukisan lukisan ini masih terjaga keasliannya hingga kini.

Dari aneka macam aneka lukisan tersebut, tergambar cara hidup masyarakat suku Muna pada kala lalu mulai dari cara bercocok tanam, berternak, berburu, berdapatasi dengan lingkungan, dan berperang untuk menjaga diri dari serangan musuh.


9. Goa Liang Metanduno
merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Goa Liang Metanduno

Gua Liang Metanduno adalah situs purbakala yang terletak di perbatasan Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan Lohio, kabupaten Muna. Lokasinya berada di Desa/Kelurahan : Leang Kobori, Kecamatan : Lokia, Kabupaten/Kota : Muna, Pulau : Muna, Provinsi : Sulawesi Tenggara.

Di dalam gua ini terdapat banyak lukisan pada dinding gua yang dibentuk pada zaman prasejarah. Lukisan pada gua ini kebanyakan merupakan lukisan binatang bertanduk. Hal itulah yang mengakibatkan gua ini dinamakan Metanduno, alasannya "tandu" dalam bahasa muna bermakna "tanduk". Gua ini ditemukan oleh penduduk setempat pada tahun 1975. Di dalam gua juga terdapat kantinu (cerukan kerikil) yang terbentuk secara alami lewat tetesan air, dan risikonya menjadi tempat penampungan air.

Gua Metanduno merupakan gua yang cukup besar, dengan panjang rongga gua 23 m, lebar ekspresi gua 21,9 m, tinggi mulut gua 2,8 m, lebar perut gua 17,5 m, dan titik tertinggi langit-langit gua 7 meter. Jarak situs dari tepi pantai 15 m, ketinggian dari permukaan maritim 250 m.

Gua Liang Metanduno berjarak 10 kilometer dari Kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu. Untuk mengakses gua ini, sesudah meraih kawasan gua kita perlu melakukan perjalanan lagi sekitar 2-3 kilometer dengan kanal jalan yang kurang mencukupi, tetapi ditemani oleh keindahan alam. Liang Metanduno berada di satu tempat yang serupa dengan beberapa gua yang lain, mirip Liang Kobori.


10. Istana Sultan Buton / Malige

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Istana Malige [sumber: oppobaca.news]

Istana Malige ialah Rumah yang menjadi tempat tinggal sultan Buton ke 37, ialah Sultan Muhammad Hamidi Kaimuddin yang dibangun pada tahun 1929. Bangunanj ini berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman, Tomba, Kecamatan Wolio, Kota Bau-Bau. Letaknya yang sangat dekat dengan pusat kota menciptakan istana ini mudah dijumpai bagi para pelancong yang datang ke Kota Bau-Bau. 

Bangunan istana berlantai tiga ini mempunyai desain khas bergaya rumah budbahasa Buton yang juga berupa rumah panggung yang yang dibikin dari kayu. Istana Malige dibentuk dengan fondasi batu alam yang disebut dengan sandi. Sandi tersebut tidak ditanam tapi ditaruh begitu saja tanpa perekat. Fungsinya ialah untuk menaruh tiang bangunan. Di antara sandi dan tiang bangunan dibatasi oleh satu atau dua papan alas yang ukurannya diubahsuaikan dengan diameter tiang dan sandi. Ini berfungsi selaku pengatur keseimbangan bangunan secara keseluruhan. Bangunan ini juga terdiri dari 4 lantai dan yang dibuat dari kayu yang berasal dari pohon wala dan lantai bangunan ini terbuta dari kayu jati. Pembangunan istana ini terbilang cukup unik lantaran tidak memakai paku, bilah-bilah kayu cuma dikaitkan satu sama lain biar merekat dengan besar lengan berkuasa. bangunan ini kuat bangun dengan topangan 40 tiang penopang, di bab depan terdapat 5 tiang yang berderet hingga 8 baris ke belakang. Tiang khususnya disebut dengan tutumbu yang memiliki arti senantiasa berkembang.

Struktur bangunan Istana Buton pada dasarnya yakni sama lokal alasannya ialah berasal dari satu konstruksi yang sama yang disebut banuwa tada. Hanya saja, dikala rumah tersebut difungsikan selaku rumah para pejabat, terdapat penambahan tiang penyangga yang berfungsi selaku kambero (kipas) sehingga disebut dengan banua tada kambero atau istana kamali. Setiap raja akan naik tahta maka akan dibuatkan rumah sejenis ini, jadi ada sekitar 38 rumah yang sejenis dengan istana malige.


11. Kantor Klasis/Internat [Rumah Pendeta]

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Kantor Klasis/Internat (Rumah Pendeta). [sumber: Zona Sultra]

Kantor Klasis/Internat [Rumah Pendeta] adlah rumah yang berada di dalam kompleks Gereja Kendari, Jalan Lakidende, Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari. Rumah ini diresmikan sekitar tahun 1940-an untuk tempat tinggal para misionaris Belanda selama di Kendari.

Bangunan rumah berisikan dua unsur, yakni bangunan I merupakan Kantor Klasis sekaligus menjadi rumah tinggal. Bangunan II ialah jejeran 9 kamar yang difungsikan sebagai asrama, berada di belakang atau barat laut bangunan I. Kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh koridor.

Bangunan I menghadap ke tenggara atau Teluk Kendari, sementara di timur laut terdapat gereja. Bentuk atap ialah limas dari bahan seng. Denah bangunan persegi dengan embel-embel teras depan, samping, dan belakang yang dilindungi atap seng. Lantai rumah dan teras ialah semen.

Keseluruhan dinding dicat berwarna putih. Teras dan rumah lebih tinggi antara 45 cm hingga 120 cm dari permukaan tanah sekitarnya. Lebar teras depan 2 m dan panjang 4 m. Dinding depan terdapat pintu di tengah, di kiri dan kanannya dilengkapi jendela kaca berbingkai kayu, masing-masing tiga ruas. Kusennya kayu, dicat warna biru muda.

Pada dinding barat dilengkapi 6 jendela kayu dan kaca. Bangunan I mempunyai 4 ruangan utama dan 2 kamar tidur. Ruangan pertama yakni ruang tamu, ruangan kedua merupakan ruang kerja.

Keduanya berurutan dan dihubungkan oleh suatu pintu. Ruang ketiga berada di sebelah kanan ruang kerja yang ialah ruang dapur. Kamar-kamar tidur, sejajar dengan ruang tamu, dengan masing-masing pintu yang berukuran lebar 220 dan tinggi 170 cm.

Ruangan keempat merupakan kamar tamu yang terletak di segi barat bangunan. Kamar tamu terhubung dengan ruang dapur. Terdapat pintu masuk dan jendela di bagian depan kamar, lengkap dengan teras depan kamar. Interior rumah dilengkapi platform dari papan kayu yang dicat berwarna putih. Bagian belakang terdapat 1 pintu kayu yang merupakan jalan masuk ke koridor dan asrama. Meskipun masih difungsikan, bangunan ini tidak terawat baik.

Bangunan II memanjang dan melengkung hingga ujung kanan asrama, berjumpa dengan sudut bangunan kantor. Asrama yang mempunyai 9 kamar ini tidak dipakai lagi. Depan pintu dilengkapi teras, sedangkan atap bangunan menggunakan sirap yang dilapis seng.


12. Masjid Keraton Buton

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Masjid Agung Keraton Buton [Wikipedia]

Masjid Al-Muqarrabin Syafyi Shaful Mu'min atau lebih diketahui dengan Masjid Agung Keraton Buton yaitu suatu masjid bersejarah yang berlokasi di Jl. Sultan Labuke, Melai, Murhum, Kota Bau-Bau, Pulau BUton, Sulawesi Tenggara. Masjid ini merupakan salah satu dari sembilan Masjid antik di Indonesia dan telah ditetapkan oleh pemerintah RI selaku benda cagar budaya atau situs cagar budaya berdasarkan keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No : KM.8/PW.007/MKP.03 Tanggal 04 Maret 2003

Masjid Agung Keraton Buton terletak di dalam Lingkungan Benteng Kesultanan Buton, Benteng anyir tanah terluas di dunia menurut catatan rekor MURI. Masjid ini dibangun berupa empat persegi panjang berukuran 20,6 x 19,40 m dengan atap berjumlah dua lapis berupa limas. Masjid terdiri dari tiga lantai, mengikuti struktur bangunan rumah panggung yang menjadi ciri khas rumah etika penduduk Sulawesi Tenggara. Bahan yang digunakan untuk membangun masjid itu sama dengan materi untuk benteng keraton.

Lantai satu yang lebih luas selaku ruang shalat, sementara lantai dua yang lebih kecil berfungsi selaku tempat mengumandangkan azan. Di atas bangunan lantai dua itu duduk bangunan empat persegi yang lebih kecil dan ialah puncak kerucut dari keseluruhan bangunan Masjid Agung. Puncak kerucut itu merupakan kubah bagi lazimnya versi masjid di Tanai Air.

Struktur bangunan masjid yang belum pernah diganti semenjak diresmikan adalah fondasi dan bangunan dinding yang bahannya memakai batuan kapur dengan spesimen pasir dan kapur. Ukuran masjid juga masih tetap mirip aslinya, 20,6 meter x 19,4 meter. Menariknya masjid ini tidak mempunyai menara dan justru memiliki tiang bendera yang sangat tinggi.

Masjid Agung Keraton Buton pertama kali diresmikan pada tahun 1538 M. Tidak lama berselang, masjid ini terbakar balasan perang kerabat yang terjadi di Kesultanan Buton dalam kudeta. Pembangunan masjid tersebut gres dimulai lagi pada tahun 1712 M dengan lokasi yang tidak begitu jauh dari wilayah semula pada masa pemerintahan Sultan Zakiyuddin Darul Alam (La Ngkariyri, Sultan Buton XIX).


13. Pilboks TVRI

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Pilboks TVRI Kemdari

Pilboks TVRI berada di pinggir jalan Jenderal Ahmad Yani, atau di depan kantor TVRI Kendari, yang secara administratif tergolong dalam Kecamatan Baruga. Pilboks ini dalam keadaan tidak terawat. Pilboks berupa silinder ini berdenah bundar dengan dimensi sebagai berikut: garis tengah 2,43 m, lingkar 7,70 m, tebal 33 cm, sedangkan ketinggian dan beberapa dimensi pilboks tidak dimengerti alasannya tertimbun tanah dan akar pohon besar.

Bagian pilboks yang tersingkap di permukaan tanah hanya 50 %. Pintu masuk berada di sisi selatan, sedangkan lubang intai berada di segi timur maritim dan timur.

Jumlah lubang intai 2 dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi 28 cm, dan ketebalan 33 cm. Ukuran pintu masuk serta tinggi ruang dalam pilboks tidak dapat dimengerti karena tertimbun. Bahan baku pilboks ini ialah semen, besi, dan kerikil. Di bagian atap terdapat 3 lubang angin, masing-masing diameternya 5 cm. Topografi tanah di sebelah timur dan timur maritim [arah lubang pengintaian] lebih rendah dan menurun.

Pilboks dibangun antara tahun 1942--1945 sebagai bangunan pertahanan sewaktu Jepang berkuasa atas kepulauan Indonesia.


14. Rumah Controleur Belanda 1

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Rumah Controleur Belanda 1 [Dokumentasi Sudarso for ZONASULTRA.COM]

Bekas rumah Contoleur Belanda ini berada di lereng bukit di tempat kota lama Kendari yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Sekarang, rumah ini menjadi rumah dinas Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tenggara.

Secara fisik, beberapa komponen bangunan lama mirip separuh dinding belahan depan dan samping masih dipertahankan namun diubahsuaikan dengan bangunan gaya modern. Sepintas, tidak terlihat lagi ciri arsitektur lama pada bangunan ini.

Secara historis, Controleur Belanda yang dahulu menghuni rumah ini bertugas selaku kepala pemerintahan Onderafdeeling Kendari, di bawah Afdeeling Buton.

Rumah ini menghadap ke Timur atau ke maritim. Di halaman sudut Tenggara, terdapat meriam dengan keadaan kurang terawat. Meriam ini berukuran panjang 227 cm, diameter pangkal 38 cm, diameter ujung 18 cm dan lubang meriam berukuran 10 cm.


15. Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda. (Dokumentasi Sudarso for zonasultra.com)

Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda merupakan bekas rumah jabatan Komandan Tentara Belanda yang berada di Jalan Lakidende, tergolong wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari. Bangunan ini berada sekitar 60 meter dari bekas rumah controleur Belanda. Bekas rumah jabatan Komandan Tentara Belanda ini berada diwilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari

Sekarang, bangunan ini difungsikan selaku rumah Dinas Angkatan Darat Korem 143/HO dan sudah mengalami renovasi pada tahun 2005. Di sebelah barat terdapat satu bunker. Dinding luar rumah dicat warna kuning, sedangkan daun pintu dan kuseng jendela dicat warna coklat.


16. Terowongan 1

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Terowongan 1

Terowongan 1 yakni suatu terowongan yang berada dalam wilayah Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga. Menghadap ke barat daya, terowongan ini mempunyai panjang 34,5 meter, lebar ekspresi 2,2 meter dan tinggi antara 1,9 meter hingga 2,2 meter.

Lebar terowongan bagian dalam tidak merata, antara 2,4 meter sampai 2,7 meter. Depan ekspresi terowongan ialah areal pemukiman penduduk. Terowongan ini berada pada lereng bukit. Bukit tersebut merupakan endapan Kala Miosen yang dibuktikan oleh kedatangan fosil-fosil kerang bahari.


17. Terowongan 2

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Terowongan 2. (Dokumentasi Sudarso for zonasultra.com)

Terowongan 2  merupakan terowongan yang berada di Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga. Menghadap ke barat daya, terowongan ini mempunyai panjang 29 meter, lebar ekspresi 2,4 meter dan tinggi beragam antara 2 meter hingga 2,3 meter. Lebar terowongan bagian dalam tidak merata, antara 2,2 meter hingga 2,6 meter. Terowongan ini berada pada lereng bukit yang serupa dengan Terowongan 1.


18. Waterreservoir-Anno 1928 (Bangunan PDAM)

merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi denga Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi tenggara (Sultra)
Waterreservoir-Anno 1928 atau Bangunan PDAM lama [Sumber: kemdikbud.go.id]

Secara administratif bangunan PDAM berlokasi di Kampung Jati, Kelurahan Jati Mekar, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.

Bangunan ini terdiri atas dua unit yakni bangunan mesin pengolah dan bangunan menara penampung. Struktur bangunan yaitu tembok beton, bab depan bangunan menggunakan atap seng, sedangkan bangunan induk atapnya yang dibuat dari beton. 

Tulisan Waterreservoir Anno 1928 pada salah satu bangunan dari tiga bangunan di lokasi ini, membuktikan periode pembangunan dan penggunaan bangunan ini selaku tempat penampungan dan distribusi air. 

Ketiga unsur bangunan ini berisikan komponen pertama berupa bangunan yang berisi instalasi pipa untuk pengambilan air. Komponen bangunan kedua yakni bak penampungan, dan penggalan ketiga yaitu bangunan pembuatan dan pendistribusian air. 

Dimensi bangunan pertama dengan pengambilan ukuran dari bagian luar yakni panjang 4,44 m, lebar 5,1 m, dan tinggi 3,1 m, dengan ketebalan dinding 47 cm. Sedangkan bab dalam ruangan berskala panjang 3,5 m, lebar 4 m. Pintu berada di bagian selatan, dengan daun pintu berupa terali besi, berukuran tinggi 1,94 m dan lebar 1,1 m. 

Di dinding, ada dua lubang angin, satu di dinding timur dan satu lagi di dinding barat. Bangunan ini berisi dua instalasi pipa, satu instalasi untuk pengambilan air dari sumber mata air ke kolam penampungan, dan satu lagi untuk mengeluarkan air dari kolam penampungan yang berada di bab luar segi utara bangunan pertama. 

Dimensi bangunan kedua merupakan ukuran dari utara ke selatan sepanjang 9,3 m, dan dari timur ke barat adalah 11,6 m. Di bagian atap kolam terdapat lubang kendali berukuran 1 X 1 m, untuk mengenali air dalam kolam. Bak penampungan air ini berada di utara bangunan pertama. Instalasi pipa untuk memasukkan dan mengeluarkan air berada di dinding sebelah selatan. Dimensi bangunan ketiga yakni panjang 5,5 m, lebar 10,2 dengan tinggi 3,6 m. 

Di belakang/utara bangunan ketiga terdapat instalasi pipa dan satu kran besar yang dikuatkan oleh satu struktur campuran semen dan pasir. Instalasi air ini berfungsi mendistribusikan air ke beberapa arah. Semua pipa yang digunakan merupakan pipa besi. Bangunan ketiga berada di sebelah barat kolam pempungan air dengan jarak 4,5 m.


Sumber:

  • https://zonasultra.com/inilah-peninggalan-jepang-dan-belanda-yang-tersembunyi-di-kota-kendari-2.html
  • https://penasultra.com/amp/lima-peninggalan-sejarah-jepang-dan-belanda-ada-di-kendari/
  • https://www.idntimes.com/travel/destination/brahm-1/5-destinasi-wisata-sejarah-di-pulau-buton-c1c2/5
  • https://spkt.kemdikbud.go.id/bangunan-pdam-kota-usang
Jasa Video Intro