Friday, 15 October 2021

Puisi Bulan Ini

Sajak air

di sungai panjang itu
ku karamkan sajak sajakku
tertawa bareng riak air
bergulung gulung menyerupai
awan berarak begitu cepat di langit
lalu berlabuh
di muara berpucuk delta
bahari maritim menunggu sajakku
biru tersa kecil sajakku untuk menghuninya
serta lihatlah
sajak sajakku kini bergulung gulung
memecah ombak
datang bareng ganasnya tornado



Jasad-jasad cinta 2

Masih terbujur kaku
beku merentangkan ucapku
terdengar lirih bunyi meluruh
menjebol alunan sepi menepi
untaian jasad-jasad cinta menggantung
setiap pojok kerinduan
menanti harap cemas
membujur kaku
membeku padu
mengikat waktu
cuma untuk itu
bahwa kepastian sang dewi
penawar kebekuan
menghangatkan hingga jasad-jasad cintaku
bergerak melalui keras sekat batinmu


jasad jasad cinta 3

berdirilah tegak mengukuhkan sukmaku
damaikan sela sela batinku yang koyak
ibarat kencana alam
bagai hiasan hidup abadi
menjelang tawa terhempas waktu
menetap selongsong berisi darah membeku
dan kamu kaparkan saya
ke sebuah pembaringan awet
tiupkan napas batin
harum menyiram beku batin
tersirat bahwa
jasad jasad ini telah luruh dalam cintamu


Tereja langkah

aku mengeja langkah terseret
dalam palung kehidupan
langkah demi langkah mencoba mengeja
menyapu landai gesekan senja
lampau sudah usai
kemudian menjumlah waktu
asa bukan menunggu
melainkan di cari dan mencari
menjumlah detik langkah ke jalan peraduan
ingin waktu tertelan bersama regukan cerita kita


Lepas pantai

lambaian bahari sore memarunkan langit
sejumlah camar mulai ke peraduan
kecil menghadap hamparan kemilau
bangkit membeku berkarang mati
mirip bekunya angkuhku mengakuimu
saya ingin menjadi ombak
setiap detik membelai pasir cintamu
saya ingin menjadi angin
setiap detik membelai indah nyiurmu
saya ingin menjadi tornado
meruntuhkan karang hatimu
dan cuma itu dalam lamunan
menjadi keteduhan semu
alasannya adalah kamu masih menatapku
jauh………
lalu menjauh…
jauh……..



Sepenggal pagi


kau sepenggal pagi
menyisakan senja bermuram
terhadap burung burung manyar
kau kabarkan tak ada pijar kabut hari ini
tak ada bagian embun
membasahi kepakan sayapnya
kamu sepenggal pagi
melukis tawa berkanvas murung
kepada buih buih ombak
kau ceritakan ada bagian cahaya terperinci di hatimu
melirik sempurna satu kebahagiaan
sayang…………..
tak kamu lihat ada seekor manyar
menggigil tersayat gontai
di perih sayap berdarah


Aku tak suka melati

kau tak ubahnya suatu melati
putih suci berbau bau
pagi kau pancarkan nurani
tak hiraukan apakah sepi
namun aku tak suka melati
layu di lalu hari
namun aku masih berharap
kau tak ubahnya suatu melati
putih suci berbau busuk
pastinya melati awet
berkembang suci di hati sanubari