Puisi

Ingatan sejarah

Mereka dapatkan jejakjejak hitam
sunyi menaungi jalanjalan beraspal
memenggal setetes darah dari sejarah
tertinggal dalam suatu gelanggang revolusi
Apa yang tercatat tak boleh terlupa dari ingatan
sebab di sana ada sejarah
dari kotakota yang nyaris terlupa
dari perangperang yang tak pernah final
dari banjir peluhdarah memanggul senjata
Dan itu semua
yaitu janjijanji tak tertepati untuk kita lakukan.
Solo, 240808

Rupa Negeri

Aku melukis muka negeriku
dengan kuas luka dan tinta air mata
Di atas kanvas ku bentangkan ribuan pulau
dengan lautlaut, selatselat,
sampai tabrakan sungai setiap pulau
ku dirikan paragon senja di atas negeriku
setiap sudut ku tancapkan mercusuar
untuk tikustikus lapar
yang selalu dihidangkan darah air mata
Inginku lukis horizon negeri dengan biru menyala
tetapi selalu terlupa pada telapak tanganku
Tak ada tinta biru
hanya hitam pekat meleleh dalam setiap kuas.
Solo, 240808

Puisi Untuk Indonesia
Setiap pagi ku tulis suatu kata; Indonesia!
tanpa santapan teh sepotong biskuit
Hari ke hari sampai aku lupa sarapan
dan beranjak untuk melanjutkan kata itu menjadi sebait puisi
namun yang ada,
cuma kata itu tertulis dalam setiap pagiku
Indonesia!; Indonesia!; Indonesia!
Ketika ku buka kamus
semua kata ada di sana
tetapi setiap pagi aku tak dapat menulis katakata itu
hanya tercecer dalam kerdil otakku
ketika ku tanya ayah ibu
mereka menjawab dengan katakata yang sempurna
namun dan namun
aku tak dapat menuliskannya
Dan saya tak pernah menyerah
Tak pernah beranjak dari pena dan pagiku
Aku akan tetap melengkapi kata “Indonesia!”
Menjadi sebait puisi.
Solo, 240808

‘65
Dua hari sarat gelap
Dua hari antara jenderaljenderal gugur
Dengan baku tembak membabi buta
Dua hari merongrong kekuatan kekuasaan
Gestapu!
Gestok!
Gelap berkabut.
Solo, 240808

Andi D Handoko, Mahasiswa Pend. Bahasa Sastra Indonesia FKIP UNS
"Puisi 'Ingatan Sejarah' juara 1 dalam sayembara 'Bulan Puisi Menyapa Indonesia'2008"
gambar dari: jakartaoldpicture.blogspot.com/