Saturday, 2 October 2021

Mengapresiasi Budaya Melalui Ktsp

Kebudayaan lahir melalui kontruksi sosial yang dibentuk insan dalam penduduk . Manusia yang berbudaya yakni insan yang menjunjung kebudayaan biar tetap tersadar keberadaan dan idealismenya. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, Indonesia mampu dibilang bangsa yang kaya budaya. Namun menjaga dan menjaga eksistensi budaya tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Beberapa produk kebudayaan mulai luntur tergerus arus globalisasi. Budaya yang bersifat kedaerahan dan tradisional menjadi termajinalkan. Bahkan hasil kebudayaan Indonesia beberapa waktu lalu sempat diklaim selaku milik bangsa lain.

Pendidikan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa mampu dijadikan alternatif utama untuk mempertahankan dan mempertahankan kebudayaan bangsa. Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat memberi donasi yang besar untuk menentukan seni manajemen-strategi kebudayaan dalam lingkup pendidikan. KTSP menciptakan peluang yang besar untuk menciptakan terobosan-terobosan gres dalam hal mengapresiasi budaya. Dengan landasan pengajaran kontruktivisme, KTSP akan mengarahkan penerima latih ke dalam suasana pembelajaran yang kontekstual. Peserta latih selaku generasi muda yaitu tonggak untuk tetap meneruskan dan melestarikan kebudayaan.

Di dalam KTSP terdapat kelompok mata pelajaran normatif yang mampu digunakan untuk mengapresiasi budaya. Kelompok mata pelajaran normatif tersebut ialah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta Pendidikan Seni Budaya. Dalam hal ini, semua mata pelajaran tersebut mampu menjadi sarana untuk mengapresiasi budaya. Akan tetapi bila dikaji secara matang, Mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Pendidikan Seni Budaya mampu dibilang memiliki posisi yang strategis untuk menjadi fasilitas untuk mengapresiasi budaya dalam pendidikan.

Di dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipelajari tentang sastra. Materi dalam pembelajaran sastra mampu diarahkan untuk mengapresiasi budaya. Contohnya ialah bahan yang berhubungan dengan karya sastra mirip cerpen, novel ,puisi, kisah dan lain-lain. Dengan mengapresiasi isi dongeng dalam karya sastra, peserta ajar mampu menggali faktor budaya yang melatari karya tersebut. Sebut saja saat membaca novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Di dalamnya terdapat situasi budaya di daerah Banyumas yakni adanya ronggeng dan tayuban. Ketika membaca membaca Novel Umar Kayam yang berjudul Para Priyayi mampu mampu diketahui wacana problem sosial budaya masyarakat jawa dengan budaya feodal dan kepriyayian. Pemahaman akseptor bimbing kepada karya sastra sekaligus akan memahamkan mereka ihwal unsur budaya di dalam karya sastra tersebut.

Materi wacana drama pun tak lepas dari bagian pembelajaran apresiasi budaya. Drama mencerminkan insiden nyata, baik yang terjadi di periode dahulu atau sekarang. Dapat dibilang jika drama mampu merefleksikan sebuah kebudayaan. Peserta asuh pun akan memahami, mengerti dan menggemari jenis drama mirip kethoprak dan wayang wong yang ialah budaya jawa. Peserta ajar dapat dibawa ke dalam situasi yang kontekstual mirip menyaksikan pertunjukkan secara langsung atau lewat video.

Pendidikan Seni dan Budaya tentu akan lebih memfokuskan ke pengapresiasian budaya. Dengan kesenian, dapat mengartikulasikan informasi dan nilai-nilai yang bersifat kreatif. Seni mampu melatih kepekaan untuk mewujudkan sebuah kepribadian yang berbudaya. Seni mendukung budaya dan sebaliknya budaya mendukung seni. Pendidikan Seni dan Budaya adalah mata pelajaran yang bersifat fleksibel dan mampu merangsang tumbuhnya kreativitas. Mata pelajaran ini akan berbagi daya cipta, rasa dan karsa yang mau meningkatkan kecerdasan emosional (Emotional Intelligence).

Pendidikan Seni dan Budaya seperti seni tari akan mengenalkan peserta didik pada jenis-jenis tari dan aplikasinya. Hal ini lebih baik ditekankan pada penguasaan tari-tari tradisonal selaku aset budaya bangsa kita biar tidak tergerus dengan tari-tari yang bersifat kekinian atau modern. Seni musik akan menekankan pengertian musik tradsional mulai dari jenis lagu, alat musik dan penyajiannya.

Selain itu di dalam KTSP juga diberlakukan bahan muatan lokal. Hal ini bertujuan semoga penerima didik menghargai budaya-budaya setempat mirip bahasa dan goresan pena jawa. Dalam hal ini muatan setempat lebih mengkhususkan kesempatanbudaya daerah masing-masing. Muatan setempat berupaya untuk menawarkan bekal wawasan keahlian dan sikap penerima asuh semoga memiliki wawasan yang mantap ihwal kondisi lingkungan dan keperluan penduduk sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di daerahnya untuk mendukung pembangunan nasional serta kebutuhan global.

Dengan diterapkannya pelajaran-pelajaran tersebut dalam KTSP, diharapkan penerima asuh selaku generasi muda penerus bangsa akan mempunyai bekal untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Adanya persepsi perihal penganaktirian mata pelajaran normatif dibanding mata pelajaran lain mirip ilmu eksakta perlu dihilangkan. Selain itu, pemerintah diperlukan mengalokasikan dana yang cukup untuk membangun infrastruktur yang mau mendukung pelestarian budaya mirip galeri seni, ruang pertunjukkan dan perlengkapan-peralatannya.