Friday, 1 October 2021

Meregenerasi Kesenian Reog

Pernahkan anda membawa barang seberat setengah kwintal dengan gigi anda Meregenerasi Kesenian Reog
Pernahkan anda membawa barang seberat setengah kwintal dengan gigi anda? Bisa-mampu gigi anda akan tanggal semua jikalau betul-betul melakukannya. Namun menjinjing barang berat dengan gigi bukanlah sebuah hal yang sulit bagi para pembarong. Pembarong ialah salah satu pemain dalam atraksi reog yang bertugas mengangkat singo barong atau dadak merak dengan gigi dalam suatu pertunjukkan reog.

Ketika melihat sebuah pertunjukkan reog, kita pasti disuguhi suatu atraksi yang mengundang decak takjub. Bagaimana tidak, seorang pembarong mampu mengangkat dadak merak yang beratnya mencapai 50kg lebih hanya dengan gigi-giginya. Dengan beban seberat itu, ia masih mampu menari dan mengibas-ngibaskan dadak meraknya. Tak jarang pula dadak merak tersebut dinaiki seseorang dan ia bertengger tepat di atas kepala singa. Jika berat orang tersebut dan dadak merak masing-masing ialah 50kg mempunyai arti pembarong itu mengangkat beban hingga 100kg. Kekuatan yang luar bisa dari pembarong inilah yang kadang menimbulkan penduduk mengaitkan pertunjukkan reog dengan kekuatan supra natural.

Pertunjukkan reog atau kesenian reog yakni sebuah kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur, lebih tepatnya kabupaten Ponorogo. Akan tetapi dalam perkembangan dan pelestariannya, kesenian reog sudah menjadi milik bangsa Indonesia. Hal itu ditegaskan oleh Ida Erawati, koordinator Jathilan kalangan reog Singo Barong Sadupi Wonogiri “Sekarang reog telah menjadi milik bangsa Indonesia, bukan lagi milik Jawa Timur atau Ponorogo, dan telah sewajarnya kalau kita sama-sama melestarikannya”.
Berkaitan dengan pelestarian kesenian reog, dia juga menambahkan “Ketika kesenian reog diklaim selaku milik Malaysia, kita bantu-membantu Bapak Begug Purnomosidi sebagaiketua Paguyuban Reog Wonogiri sekaligus Ketua Paguyuban Reog Se-Indonesia datang ke kedutaan Malaysia di Jakarta untuk mengklarifikasi hal tersebut dan mengikrarkan bahwa reog yaitu kesenian asli milik Indonesia. Dalam hal ini pihak kedutaan Malaysia menjelaskan dan mengakui bahwa reog memang asli milik Indonesia, akan namun ada Warga Negara Indonesia di Malaysia yang ikut menyebarkan kesenian reog”.

Kesenian reog sarat dengan nilai-nilai luhur dan kemistikan. Pertunjukkan reog menghadirkan Warok, gemblak, pembarong dan penabuh gamelan. Dalam perkembangannya, gemblak kadang diganti dengan penari Jathilan yang lazimnya diperankan akil balig cukup akal putri. Padahal jaman dulu, kesenian ini cuma beranggotakan pria saja. Pengiring pertunjukan reog yaitu musik dari gamelan yang menyajikan irama slendro dan pelog.
Kelompok Reog Singo Barong Sadupi adalah salah satu golongan kesenian reog yang berada di Wonogiri. Kelompok ini dipimpin langsung oleh Begug Purnomosidi dengan koordinator Ahmad Indro Widodo. Sedangkan jathilan dikoordinatori oleh Ida Erawati. Eksistensi kelompok ini sudah tidak bisa disangsikan lagi. Kelompok ini sudah berulang kali melalang buana bahkan ke luar negeri. Kelompok Reog Singo Barong Sadupi menyelenggarakan latihan dua kali dalam sepekan yaitu pada hari Selasa dan Jumat di pendhapa kabupaten Wonogiri.

Di tengah arus globalisasi dan modernitas, golongan reog ini mampu eksis dan selalu terus melestarikan dan menyebarkan kesenian reog. Untuk menarik perhatian belum dewasa muda, kelompok ini menciptakan semacam pertunjukan kolaborasi reog, adalah dengan mengolaborasikan wayang kulit, tarian dan reog. Biasanya pentas wayang kulit hanya sekadar pertunjukan wayang kulit saja tanpa variasi, sehingga seringkali anak-anak muda bosan untuk menyaksikannya.

Kelompok reog Singo Barong Sadupi juga mempergunakan bakat-talenta generasi muda dari berbagai sekolah. Penari-penari Jathilan diambil dari siswi-siswi yang tergabung dalam tambahan kurikuler tari di banyak sekali sekolah. Mereka juga turut bernaung dalam kalangan reog Singo Barong Sadupi tersebut. Kelompok ini mulai meregenerasi kesenian reog. Generasi muda dilatih untuk masuk ke dalam kesenian ini. Maka tak aneh bila anggota-anggota kelompok ini banyak yang masih muda, mulai dari pembarong, penabuh dan penari jathilan. Hal ini bertujuan biar kesenian reog tetap berlanjut dari generasi ke generasi biar tidak punah.(Andi)