Friday, 1 October 2021

Puisi Again

Mimpi Televisi

televisi melahirkan bayi-bayi lucu dari rahimnya
mereka berkembang dalam tabung televisi
tanpa mengenal usia kelender
bergegas tanpa cemas
melenyapkan kejenuhan pada dunia aktual

televisi menjadi ibu yang jelita
sarat kasih sayang
setia mendongengi bawah umur
sampai tertidur lelap dalam pelukan

televisi mendidik anak-anaknya
dengan buku digital
sarat mimpi dan imajinasi
tanpa setitik kekhawatiran pada waktu

televisi dan mimpi terus bersetubuh
melahirkan bayi-bayi lucu


Monumen Sejarah

waktu mencatat nama-nama
pada watu cadas
mengukir bentuk lisan dan paras
terbungkam dosa-dosa
menjadi suatu monumen bersejarah

orang-orang berbaju kumal
memuja batu-batu
mengukir angka-angka sejarah
bersendawa dengan lapar di malam buta
pekat menyekaratkan nyawa
dalam lorong-lorong kota

paras -tampang tak dikenal
membuat topeng sejarah
menjarah bank-bank
menjerat senyum orang kelaparan

mereka membangun derita
menjadi monumen
di tengah-tengah kota


Anak-anak Elektronik
mereka berkejaran
sembari mengikat tubuhnya dengan kabel-kebel
menjuntai melilit kesenangan
jauh dari kepurbaan
gerak kaki anak-anak elektronika terlihat enerjik
dikerumuni unsur-komponen produk mancanegara
perut kenyang
terisi sarat pemikiran listrik
ibarat nasi sambal lauk ayam bakar
anak-anak elektronika lupa sekolah
mereka lebih pintar membaca perjalanan nasib
berjalan pada kotak-kotak hitam
sarat dengan kawat, kabel, dan tabung berwarna-warna
tenteram berdiam di dalamnya


Malam

dalam malam
rindu yang membuncah
sepi yang menyayat
kupeluk kamu dalam seribu bayang


Kata-kata

hinggaplah pada kataku
pesona makna
membuat kenyang perut tanpa sarapan

kata-kataku ialah nasibmu
membaca perjalanan sejarah masa depan
tanpa bayang-bayang

dari kataku
saya menuntunmu keluar dari persembunyian malam
yang memenjarakan nasibmu selama ini

itu kataku
kau boleh mencatatnya kini



Suara Pemilihan

baliho-baliho mencatat doa
di pinggir jalan tepat depan rumahmu
tanda semarak menunggu hari pengumpulan suara

bunyi tawa
suara tangis
suara rintih kelaparan
suara desah malam
bunyi penyanyi ibu kota di atas panggung
atau
suara tak jelas

orang-orang meneriakkan suara
untuk mengumpulkan suara
hingga kekurangan bunyi


Biodata:
*)Andi D Handoko, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Solo. Karya tergabung dalam beberapa antologi yaitu Joglo 3 (2007), Pendhapa 4 (2007), Anak-anak peti (2008), Rendezvous di Tepi Serayu (2009), Mimpi Jelang Pemilu (2009) dan Redi Lawu (2009).