Friday, 1 October 2021

Puisi

Pinggir Sejarah
Dari pinggir sejarah
kita menghitung luka-luka
berkarat pada jendela nako yang mulai pecah
daging-daging bau
menjinjing aroma cendawan purba
hinggga bunga-bunga tak lagi menawarkan
seutas keharuman
yang dahulu pernah mengikat hatiku ke hatimu

kita yang pernah bercerita
perihal suatu perbedaan
memperabukan ujung syaraf terlena
pada bujukan-bujukan pemberontakan
dengan mesiu-mesiu
dan paham-paham yang mulai bau terurai kuman

kita yang berada di pinggir sejarah
mendirikan panggung dengan sorak penggemar
irama musik-musik populer
menghentak-hentak
sampai terlupa tak menggunakan celana dalam
Solo, 04’06’09


Senyum dalam Potret Ungu
Aku menyimpan potret tubuhmu
dalam bingkai ungu
bertuliskan huruf-huruf sejarah
kusam ditelan waktu
menelanjangi kenangan ialah kesepian
mengukir barisan-barisan kata di dinding
kamarku berbaris puisi
dalam tidur
senyummu menuntunku mesra
dalam ruang tanpa dimensi
bergurat mantra dan lukisan bergaya absurd
kamu bersenandung dalam gelap
membangunkanku
menjauhi mimpi-mimpi yang kamu sepuhkan
tajam mataku menghilang pejam
menatap senyummu yang tertinggal dalam potret ungu
mengiris ingatan dengan sebilah pisau dapur
Solo, 06’06’09

diangkut di Harian Joglosemar, Minggu, 21 Juni 2009.