Thursday, 14 October 2021

Puisi

bunga yang kian layu dan akhirnya kering Puisi
Bunga Duka

Duka itu seperti kabut di tengah hari
menggelapi setiap mata yang menyaksikan
menciptakan perih di kelopak mata
lirih langit berucap pada bumi
duka itu bernama akhir hayat
ketika itu berkembang bunga air mata bangsa
bunga yang kian layu dan alhasil kering
dalam kabung berhias doa
air mata negeri tumpah
menjadi lukisan bela sungkawa
bunga itu masih memberi keharuman
insan-manusia belum melupakan indah kelopaknya
belum dapat mengaburkan keharumannya
walau setiap batangnya menyimpan duri
dia tetap bunga sejati bangsa
dan dalam linang doa
mereka menyemayamkan dalam taman keabadian

Wajah Teduh Itu

Wajah teduh itu
bernama putra bangsa
memimpin negeri dengan kedua tangan bahunya
di antara keteduhannya ada bara api
panasnya bisa mengkremasi semangat bangsa
bisa membangun negeri sarat kuasa
hingga negeri berganti maju
tetapi tampang teduh itu
mampu membuat keleluasaan tersangkar mati
terkunci dalam suatu kekuasaan
sampai bunyi-bunyi tenang dalam dekapannya
dari semua kisahnya
Wajah teduh itu
layak dihargai sebagai putra bangsa
dan kini
Wajah teduh itu
sudah kembali ke alam yang teduh