Monday, 11 October 2021

Puisi

Tak ada roti tawar dengan olesan selai nanas Puisi
Metamorfosa kali mati

Di kalikali mati darahku membusuk
Mengalir sesuai alur
Menerjang bebatuan hitam cadas
Menuba air semakin pekat
; Merah darah jadi hitam lekat

Di kalikali mati dagingku membusuk
Tersayat perih raungan kekuasaan kota
Menjadi bah besar menyeramkan
Tak lagi berpikir tentang kekuasaan
atau
;Sejumput arti kemewahan

Kalau saja mereka tiba
memberikan ladang tandus
maka ku suburkan ketandusan itu
dengan darah dan dagingku yang wangi
biar mereka mengetahui
; di sini kami punya arti


Pagi buat Pengemis


Sepuntung rokok kedaluarsa
Ia keluarkan dari saku kemeja kumal
Menyulut dan menghisapnya pelan
Tak ada secawan kopi atau teh cantik
Tak ada roti tawar dengan olesan selai nanas
Tak ada surat kabar pengantar pagi
Ia cuma bisa membaca perjalanan kota yang tidak berguna
Setiap gedung, jalan raya, jembatan,
toko, lorong, gang buntu,
bahkan semua yang pernah dilihatnya
dimakan ulat dan tikus pengerat
Dari sanalah ia mengais sisa
dari suatu perjalanan kota yang tidak berguna
Dan ia bangkit dari kenikmatan sepuntung rokok kedaluarsa
Menyiapkan sisa tenaga yang ada
lalu berdiri menatap beranda lantai dua rumah seberang jalan
Seorang berjas dasi rapi
Menyeruput kopi ditemani roti
Serta surat kabar di tangan kiri

Dimuat di Solopos, Minggu 19 Oktober 2008.
Gambar dari: www.nationalregister.sc.gov/.../index.htm