Saturday, 16 October 2021

Puisi

cerita hidup

di tengah kabut yang menderai pucuk pucuk cemara
langit membenamkan riuh takdir sang kuasa
adakah tajam tangan angin menghempas berjuta buaian landai
sehingga menerbangkan helaian daun daun yang mulai rapuh
mirip udara malam dalam keheningan surya padam
tengadahkan mata yang mulai layu terayun langkah gontai
menari pertanda secuil senyum yang terbakar merah hati
kalaupun ada yang menjamah hanyalah tanah lembap
dan hujan akan berhenti ketika senyum itu sudah pudar
segenap menyimpan berjuta makna yang lama terpendam
lihatlah surya telah mengawali harinya
dan senyum kecil itu telah berdiri walau tak seceria kemarin
mencoba mengatupkan lara oleh gerlap sang dunia
hitam yang menyelimuti tak luruhkan singgasana hati

dalam pusaran kilau mentari
pesankan pada awan untuk membungkus sejuta diam
dan menerbangkannya ke seluruh alam maya
seperti halnya seuntai lirik tak bernyawa ini
ingin terbang mengelilingi hidup dengan sejuta iringan peri
yang memandang penuh warna
hingga menyatukan rasa dalam selaksa makna


***$$***

Jasad-jasad Cinta

Bangkit berdirilah pengukuh jiwa
terbanglah bareng angin mengarah ke nadi
cucurkan tangis senyummu
hingga
menjadi darah menghidupkanku
sampaikan pada jasaad-jasadku yang mati
ia masih bernyawa
menuang sari-sari air memabukkan
bersendawa mengukus bingkisan alam
sadarkan bahwa realita tak hanya suatu desir bayangan
tetapi suatu titian hati terjalani
menggapai bawah sadar menghanyut
tirai pembatas antara hidup dan mati
engkaulah sukma pembangkit jasad-jasad cintaku yang mati
kekuatan nadi memerahkan darah kerinduan
menyergap dinding-dinding kesucian
meringkuh sukma-sukmamu yang terbang
di titian jasadku


***$$***
Nyanyian nirwana

Jika kau menerbangkanku seperti dedaunan
tertiup angin
bukankah aku mirip burung-burung
yang membuat tubuhku menjadi sarangnya
menghangatkan badan dari sengatan raja cahaya
dan hempasan topan yang merontokkan bulu-buluku
sembunyi dari kutukan alam
mengais seberkah kelangkaan rasa
rebahkan badan di istana yang ku berdiri
menjadi mahkota berlian
menyerupai regukan bidadari-bidadari surga
melantunkan di antara bibir-bibir tipisnya
ihwal nyanyian nirwana



***$$***

Tenunan Kasih

berduri silih menyapa
menggempur lumpuh udara malam
menjangkitkan sayup kelopak mata
dan menemani dewi malam menenun kain kasihnya
menerawang di rajutan mimpi mimpi
melalaikan sejenak hari yang keras
bertumpu pada sinar bayang malam
ku sampaikan pesan bintang pada awan gelap
di atas arakan seribu bayang
maka tak cuma itu
dewi dewi malam ikut menangis
merenungi
rajutan kainnya menganga tersobek asa
***$$***
Ranting-ranting patah

saya menyaksikan ranting ranting patah di balik jeruji dedaunan
masih menengadah pada tanah berair
ilalang bersambut sayap kupu yang pecah
kabur terhempas angin terkuras
daun daun melepas sesudah menguning
membuat rentetan kata kata yang menghiasi tanah lapang
beliau mampu bermetafora dengan ayunan urat urat daun
berhelai helai menjatuhkan diri dari
ranting ranting patah
dan melayang terbang layang
mengikuti arah mata angin
saya tak menemui ada serangga kecil
seakan menawan daun
atau saya tak tersadarkan
dan terpaku pada tingkah laku ranting ranting patah
saya berlari sambil mengernyitkan dahi
berpikir sejenak kapan saya lepas
dari jeratan fatamorgana
selepas senja menghadirkan malam tak kulihat lagi rintihan ranting ranting patah
dan suara dedaunan melambai lambai tergerak
sepoi angin menyapa
cuma sinar bintang semakin usang meredup
tertutup awan berarak meninggalkan ujung dunia
***$$***
Di balik gelas kosong

mirip kilauan bening
menjauhi persepsi mata
bunyi denting kecil mengecil
seusai tenggorokan menyambutnya
terngiang fatamorgana hinggap dalam balutan
kering dahaga
tersembunyi keinginan merengkuhnya
sia sia tak kutemukan
setetes atau beberapa teguk air
kosong menghampa di sudut
antara ruang ruang yang bening
***$$***
Catatan hidup

dalam buku kehidupan
sang malam menulis jejak jejak
lusuh
mengubah bait bait siang
sekelumit cerita pagi menertawakan senja yang
tiba telat
lalu menetap mata kosong
di temui juga cerita cerita manusia bergerak menuruti
langkah
tegak, doyong, gontai bahkan lemah terbujur kaku
cuma di depan mereka datang
tak datang menjumpai belakang
mungkin sekedar ingatan saja
dongeng hidup fana ini
nantinya akan rampung
***$$***
Sisi gelap

saya tiba di antara samar samar
menelan indah segi hidupmu bareng
waktu yang takkan pudar
menetap segi batinmu yang membohongi
mirip bayangan mampu gelapkau takkan mampu menyaksikan
sejurus kamu coba tangkap raut wajahku kian melahat
saya mencoba bertanya pada gelap
kapan dirinya menjauhiku
teruntun waktu yang mau bisa menjawab
nahkoda hati berharap cepat berlalu
langkah teriring jejak kaki
menikam diri setajam batin
di antara cahaya pagi memulai sepi
dendangkan lagu berirama acuh taacuh
siarkan pada semua insan larang mereka meniru langkahku
kepahitan niscaya berjabatan
segi lain indah liku hidupku
***$$***
tabrakan nisan

merayap pelan menuju maut
berpesan tulisan ukiran nisan
berkembara sahut sahutan suara malaikat tuntunan ilahi
cuma suatu luka goresan dikala ku berenang ke tepian
laun waktu hempas kesombongan
larut dalam suatu kenistaan
derajat niat pangkat berlabuh setan
bertunggal perilaku nan kebodohan
seribu sihir menyulap kekayaan
neraka hati tatap di pojok jalan
tabrakan nisan masih di depan
di pahat indah di antara kotoran
nyawa dengan indah melayang angin puting-beliung
biarpun musibah melukis kehangatan
deru bising sejumlah kawanan
semasa di dunia berteman setan
beribut tawa neraka tuhan
sesal kemudian mengharap ampun tuhan
***$$***
Dia datang

Riak bayangan masih terang
bersandar mengapit segi batin
tersadar lembut alunan sepoi malam
mengawalkerapuhan sang dewi
terbang mengepakkan sayap kecilnya
menyerupai belaian malaikat
mencoba menusuk malam dengan senyum awet
antara palung gelap
masih ada sekat bening menghantam dinding kekosongan
meraba udara bergerak mengerlipkan mata
cuma dapat bicara kepastian dari langit
turun merusak butir-butir kebekuan jiwa
menari indah bersama kepakkan sayapnya
bersandar pada hembusan angin
tertatap semburat kabut melewati tapak jalan
mengendap bersama sukma terbang
masih ada tawa terpekik
keluar lembut mengalun beriringan
terukir berpengaruh diantara penggalan jiwanya
sangat mungkin ia lelah terbang
menukik melenturkan sayapnya
masuk diantara rongga hati
bersemayam tenang bareng sukma
di indahnya kedamaian pusara jiwa