Friday, 8 October 2021

Konferensi

 Ia ditugaskan untuk mencari berita sekaligus mengabadikan beberapa peristiwa di dalam gam Pertemuan
Sudah sepekan Raka berada di Solo. Ia diperintahkan untuk mencari gosip sekaligus mengabadikan beberapa peristiwa di dalam gambar dengan kamera kesayangannya. Kamera itu telah menemaninya sepuluh tahun yang kemudian yang ialah ingatan terakhir dari almarhum ayahnya. Beberapa info telah ia peroleh dan telah dikirimkan ke redaksi melalui email. Namun ia masih tetap diberi tugas untuk tetap di solo. Entah kapan dia mesti berada di Solo.
Ia begitu suka dengan kondisi kota Solo. Cukup mengasyikkan baginya, dari pada kota kelahirannya, Jakarta. Menurutnya budaya cukup kental di solo dan itulah yang membuatnya betah. Yah, itulah pekerjaannya sebagai juru tulis sekaligus juru gambar perihal kebudayaan. Berpuluh-puluh kota pernah beliau singgahi. Namun agaknya dia akan lama diperintahkan di Solo ini.
Suatu malam, saat dia baru akhir mengirim gosip melalui email. Ia berjalan-jalan mengitari kota Solo. Dengan sepeda motornya dia berkeliling Solo. Sampailah ia pada sebuah warung hik. Ia melepas penat di sana dengan memesan kopi hangat untuk melawan dinginnya malam kota Solo. Malam itu sempurna pukul sebelas. Warung hik itu tidak begitu ramai, cuma dua orang dan satu pedagang yang sedang mengobrol di sana saat Raka akan datang. Raka tidak ukut dalam obrolan itu, beliau memilih duduk lesehan sendiri di sebuah tikar yang kosong di sebelah hik itu.
Raka mengarahkan kameranya dengan pencahayaan yang disesuaikan keadaan malam itu. Tak sengaja kameranya menangkap sosok seorang gadis. Kalau dikira-kira masih seumuran dengan Raka. Ia pun mengambil gambar gadis itu. Raka memperhatikan gadis itu dengan seksama dengan kedua matanya. Tampak elok dari kejauhan. Sambil menyeruput kopinya, beliau tetap memandang gadis itu. Gadis yang sedang duduk di suatu halte. Ia membatin “sedang apa gadis itu malam-malam begini?”. Raka menangkap gerak-gerik gadis itu yang sedang bingung. Semakin usang gadis itu semakin bingung. Tidak tahu mengapa Raka ingin mengetahui secara akrab tentang gadis itu. Ia lalu mengeluarkan uang kopinya dan pergi mendekati gadis itu.
“Maaf mbak, malam-malam begini bus sudah tidak ada” Raka membuka obrolan.
“Maaf mas, aku menanti sahabat saya yang mau menjemput, namun tidak juga datang”
“Bukannya berniat apa-apa, bolehkah saya mengawalmbak di sini, malam-malam banyak bahaya”
“Ehm....ya terima kasih”
Ternyata mereka berdua mempunyai sifat yang mudah akrab. Mereka pun saling ngobrol perihal diri mereka masing-masing. Ternyata gadis itu berjulukan Hesty. Dari ceritanya, dia minggat dari rumah alasannya berkelahi dengan orang tuanya. Semua itu berawal dari ketidaksetujuan Hesty untuk dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Raka mengerti kesedihan yang dialami oleh Hesty, seorang gadis yang baru saja dikenalinya. Malam itu sebetulnya Hesty tak menunggu temannya, dia cuma ingin sendiri dengan otak penuh tanda tanya untuk menetapkan pulang ke tempat tinggal atau tidak. Dan ia pun bertekad untuk tidak pulang ke tempat tinggal.
“Terus malam ini kamu mau di sini terus?, malam-malam gadis seperti kamu di sini sangat berbahaya” Raka mengajukan pertanyaan pada Hesty.
“Pokoknya saya tidak ingin pulang malam inai, kalaupun pulang, aku ingin besok, lusa atau bahkan tidak pulang sama sekali”
Mereka tenang dalam obrolan. Namun datang-tiba Raka mengajak hesty untuk pergi ke suatu kawasan. Tampaknya Hesty begitu percaya sarat dengan Raka. Penampilan Raka memang rapi dan tak ada wajah preman sedikitpun. Ia sangat berkarakter menjadi seorang wartawan. Raka mengajak Hesty untuk pergi mengelilingi kota Solo. Mereka mulai berjelajah dengan sepeda motor dari ujung jalan ke jalan lain, sampai ke kompleks-kompleks perumahan. Sudah terlihat senyum pada Hesty yang semula hanya berselimut mendung kesedihan.
Jam memperlihatkan sekitar pukul dua dini hari. Mereka menetapkan untuk beristirahat. Lelah sepanjang hari mencari informasi tak dicicipi oleh Raka. Entah mengapa hal itu dapat terjadi. Padahal umumnya bila Raka letih mencari isu sepanjang hari dia akan tidur lebih permulaan alasannya adalah kantuk yang tak tertahan. Mereka beristirahat pada sebuah jembatan ditepi sawah pinggiran kota Solo sambil mendengarkan gemiricik air dan bunyi serngga malam yang membuat semacam melodi alami.
“Aku tak mau melupakan indah malam ini” hesty membuka obrolan.
“Aku juga, aku tidak tahu mengapa saya mampu senyaman ini erat dengan seorang gadis, apalagi gres berjam-jam lalu aku mengenalnya”
Tak berapa lama lalu muncul kendaraan beroda empat bak terbuka dari ujung jalan. Dan ternyata kendaraan beroda empat itu adalah mobil polisi yang sedang patroli malam. Mereka ditanyai polisi ihwal keberadaan mereka di daerah yang sepi itu. Akhirnya untuk menerima informasi yang terang polisi menenteng mereka ke kantor polisi. Di sana mereka dituduh melaksanakan tindakan maksiat ditempat biasa . Dan malam itu pun sebelum mereka berada dalam cengkeraman polisi, ada laporan tentang orang hilang. Dan ternyata pelapor tadi ialah orang renta Hesty. Kasus kian mencuat alasannya Raka mampu dituduh selaku orang yang menjinjing lari anak gadis orang lain.
Pagi hari orang bau tanah Hesty tiba di kantor polisi. Raka menjelaskan duduk permasalahannya terhadap polisi maupun orang bau tanah Hesty. Dari penjelasannya, tuduhan dan perkara yang menimpa Raka dan Hesty dicabut. Dari kejadian itu Hesty semakin erat dengan Raka. Orang tua Hesty pun suka dengan Raka. Mereka membatalkan untuk menjodohkan Hesty dengan seorang lelaki pilihannya. Tak selang beebrapa hari, karena suatu kecocokan, Hesty pun menjadi kekasih Raka. Tak hanya itu, Raka sudah tegas dan sudah melamar secara langsung terhadap orang tua Hesty.
Namun seminggu sebelum pertunangan, Raka mendapat peran untuk meliput konflik di Timur Tengah, menggantikan rekan wartawannya yang sakit parah. Secara biasa ini ialah bukan bidangnya, walau secara teknis beliau pasti mampu melakukannya. Dengan jiwa kewartawannya ia berangkat memenuhi tugas itu. Sebelumnya dia minta ijin dari Hesty dan orang tuanya sekaligus menangguhkan acara pertunangan. Ia berjanji pada Hesty akan kembali sesudah tugasnya tamat, karena peran ini hanyalah peran cadangan untuk mengisi kekosongan. Ia niscaya akan kembali ke Solo.
Dalam sebuah pancaran kasih sayang, Hesty setia menanti kekasih hatinya. Kekasih hati yang beliau kenal dalam waktu yang singkat. Namun aura cinta mereka memang sangat kuat.
Hesty hanya termangu di ruang tamu rumahnya sambil memandang foto Raka yang berskala empat kali tiga centimeter. Sudah sebulan ini Raka ditugaskan ke Timur Tengah. Hanya sepekan sekali Raka menelepon Hesty wacana keberadaannya. Setiap menelepon, Raka memberi tahu kalau ia belum tahu kapan tugasnya beakahir. Dan ini genap satu bulan. Terakhir raka menghubungi hesty bahwa tugasnya masih sekitar satu hingga dua bulan lagi.
Sebuah ketukan pintu mengagetkan Hesty. Ia tergagap dan lamunannya pun buyar. Ia membuka pintu itu. Dengan paras kaget Hesty memandang apa yang dilihatnya di depan pintu. Belum sempat beliau melepas kagetnya, Orang di depan pintu segera memeluk Hesty dan berkata “ Kejutan untukmu sayang, saya sudah kembali tanpa mengabarimu terlebih dahulu”.